Selamat Datang

Jumat, 04 Juni 2010

R.I.P

Requiem In Pacem, beristirahat dalam damai itu kira-kira arti dari sepenggal bahasa Latin di depan kalimat ini. Mengapa kalimat itu tiba-tiba mencuat dalam benakku pagi ini kawan? Apakah kira-kira kalian tau? Mungkin saudaramu, temanmu, sahabatmu atau apamu meninggal. Bisa jadi. Mungkin kamu mengalami, melihat, menyaksikan peristiwa kematian. Bisa jadi. Mungkin kamu sementara merenung tentang kematian. Bisa jadi. Semua pernyataan itu mungkin saja terjadi, tapi saat ini bukan karena semuanya itu kemudian aku memikirkan hal ini. Awalnya karena pagi ini aku membaca status di facebook salah satu temanku. Status yang berisi keputus-asaan dan keinginan untuk menjemput saat itu. Banyak hal yang mungkin menjadi penyebab sehingga dia berpikir lebih baik mati dari pada hidup di dunia ini. Singkat kata, lebih cepat lebih baik. Kalimat itu mungkin bisa menjadi kesimpulan perasaan seseorang yang menantikan saat itu. R.I.P terkadang menjadi sebuah harapan karena hal itu menjadi pintu kebebasan jiwa kita dari tubuh yang selama ini membelenggu. Jiwa yang terkekang bertahun-tahun dengan kelemahan sang daging lepas bebas. Alangkah indahnya. R.I.P terkadang menjadi suatu momok yang menakutkan karena saat itu kita akan menyaksikan raga kita ditenggelamkan ke dalam perut bumi dan menjadi santapan cacing, yang tidak segan-segan melahab tubuh kita dan hanya menyisakan tulang-tulang saja. Dari kedua sikap tersebut, tentu kita bisa menilai bahwa R.I.P menjadi sesuatu yang dualisme, satu sisi ada harapan dan satu sisi menjadi ancaman. Jika demikian bagaimana? Sejauh pengalaman dan pemahamanku, segala sesuatu itu netral termasuk peristiwa kematian. Semua hal di luar diri kita adalah netral. Bukan jelek atau indah, bukan jahat atau baik, tetapi semuanya itu ada di posisi yang sama, netral. Misalnya sebilah pisau, kita bisa katakan itu berharga ketika pisau itu ditangan seorang dokter bedah yang sementara mengoperasi seorang pasien dan menyelamatkan nyawa seseorang dari mara bahaya. Sebaliknya pisau itu menjadi tidak berharga dan sesuatu benda yang menakutkan ketika ada ditangan seorang penjahat. Jadi seperti halnya sebilah pisau, kematianpun demikian. R.I.P adalah harapan kita, beristirahat dalam damai. Menjadi damai jika kita sungguh-sungguh siap untuk menerima kenyataan itu dengan tulus dan iklas. Menjadi damai ketika kita menginginkannya tanpa keputus-asaan tetapi karena kerinduan kita untuk bersatu dengan-NYA. Menjadi damai ketika hal itu kita inginkan bukan karena kejenuhan hidup dan menjadi jalan pelarian dari beban dan penderitaan hidup kita. . . . . . . mari kita merubah cara pandang kita agar apapun yang ada baik di luar diri kita maupun di dalam diri kita mampu menjadi sarana bagi kita untuk bertumbuh dan berkembang….entah secara fisik, secara emosi, secara psikis maupun secara spiritual… (*Catatan ini kutulis buat kita semua, karena kita semua akan mengalami hal yang sama…….K.E.M.A.T.I.A.N…………)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar