Selamat Datang

Kamis, 16 Desember 2010

SEWINDU SMA LOKON




Dalam rangka Perayaan Sewindu SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, Yayasan Pendidikan Lokon memperkenalkan sejumlah produk pelayanan pendidikan antara lain yang utama adalah:
• Sekolah Menengah Pertama (SMP) Plus
• Kelas Khusus Progresif di SMA Lokon St. Nikolaus
• Fast Math berbasis Matematika GASING

Sekolah Mengengah Pertama (SMP) Plus

Istilah “Plus” adalah untuk menyatakan bahwa kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang memenuhi kriteria kurikulum nasional (KTSP) dengan tambahan elemen-elemen lain, antara lain yang merupakan pengejawantahan Kurikulum Berbasis Kehidupan yang telah dipaparkan dalam buku “Kurikulum Berbasis Kehidupan: Pandangan tentang Pendidikan menurut Ronald Korompis” yang sebelumnya telah diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan Lokon setahun yang lalu. Hal baru progresif yang akan mewarnai SMP Lokon ini adalah
• Siswa memiliki kemampuan bahasa yang baik dan benar, baik lisan maupun tulisan, dalam bahasa Indonesia dan dua bahasa asing utama (Inggris dan Mandarin)
• Tercapainya kompetensi matematika dasar dan menengah (termasuk SMA) pada tahun petama (6 bulan matematika dasar berbasis Matematika GASING, dan 6 bulan matematika SMA) sebagai bahasa sains dan teknologi, mendahului pembelajaran sains dasar seperti fisika, kimia, biologi, astronomi dan geosains.
• Kemampuan mencari dan mengakses informasi dengan memanfaatkan jaringan informasi global
• Memiliki keterampilan dasar hidup (life skill) seperti berenang, bersepeda, mengendarai kendaraan bermotor serta sejumlah olahraga lainnya, memasak, bercocok tanam
• Memiliki keterampilan komunikas sosial, termasuk hospitality dan budi pekerti secara keseluruhan
• Memperkenalkan filosofi kehidupan

Untuk mendukung upaya pencapaian sarana-sarana pembelajaran tersebut, SMA Lokon akan dilengkapi dengan Laboratorium Bahasa untuk ketiga bahasa yang diajarkan, taman sains dan teknologi (science and technology park) – termasuk greenhouse, observatorium astronomi, ruang simulasi astronomi -, sport hall, kolam renang, tracks untuk bersepeda dan berkendaraan motor.

Pengembangan kurikulum dan peningkatan kemampuan tenaga pengajar akan dilakukan bersama antara Lembaga Penelitian dan Pengembangan Yayasan Pendidikan Lokon dan Surya Institute.




Kelas Progresif di SMA Lokon St. Nikolaus

Proses pembelajaran akan berjalan secara jauh lebih efektif bila memperhatikan ciri-ciri kemampuan peserta didik. Berpikir positif menjadi pijakan bagi pembedaan penanganan terhadap anak-anak yang memiliki kapasitas yang lebih besar, baik dalam kecepatan menyerap materi maupun dalam hal menyimpan dan mengingat semua hasil pembelajaran. Peserta didik dengan kapasitas yang besar seharusnya difasilitasi agar mampu memaksimalkan kelebihannya itu. Proses pembelajaran untuk memenuhi prasarat silabus kurikulum nasional diperkirakan dapat diselesaikan dalam total 18 bulan, atau sekitar 50% - 60% waktu belajar normal di SMA. Kelebihan waktu 40% - 50% akan dimanfaatkan untuk pembinaan kemampuan khusus, misalnya untuk olimpiade-olimpiade sains dan teknologi, dan pembelajaran sejumlah matakuliah di perguruan tinggi. Dengan modus yang terakhir ini, lulusan kelas khusus progresif akan dapat memiliki sejumlah kredit matakuliah perguruan tinggi yang berlaku di sejumlah besar perguruan tinggi di dalam dan di luar negeri. Sistem IB (Internasional Baccalaurate) adalah contoh sistem yang telah menggunakan modus semacam itu dan direncanakan akan merupakan komponen dari paket pembelajaran kelas khusus progresif di SMA Lokon St. Nikolaus. Sistem kredit kuliah perguruan tinggi yang sama juga akan diterapkan pada kelas-kelas reguler di SMA Lokon.

Kelas khusus progresif di SMA Lokon St. Nikolaus akan dibuka untuk melayani pembelajaran terbatas untuk 20-25 siswa. Pembinaannya merupakan kerjasama antara Yayasan Pendidikan Lokon dan Surya Institute.

Fast Math berbasis Matematika GASING

Matematika GASING (GAmpang aSIk dan menyenaNGkan) yang dikembangkan oleh Surya Research International/ Surya Institute – yang dipimpin dan dibina oleh Prof. Yohanes Surya, Ph. D. – adalah terobosan baru dalam pembelajaran matematika. Metode pembelajarannya, dengan modul-modul yang disusun sedemikian rupa, memungkinkan anak-anak sejak usia dini- dengan IQ “di bawah rata-rata” sekali pun memiliki kemampuan aritmetika mental (mencongak) dengan tingkatan yang dapat diklasifikasikan “jenius”. Uji coba yang telah dilakukan terhadap sejumlah besar peserta didik dari daerah-daerah terpencil di Papua telah membuktikan hal ini. Sebagian besar dari mereka, dengan usia antara 8 hingga 13 tahun, setelah dididik sekitar 8-12 bulan kini telah mampu mengerjakan soal-soal matematika yang setara dengan soal-soal ujian nasional, ujian masuk perguruan tinggi dan olimpiade-olimpiade nasional dan internasional.

Matematika GASING juga diberikan sebagai dasar bagi para calon peserta olimpiade sains nasional dan internasional yang dibina secara khusus oleh Surya Institute.

Sejak Mei 2010, sebuah tim Yayasan Pendidikan Lokon yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mezak A. Ratak, APU telah mendalami metode matematika yang progresif tersebut. Lebih dari 5 tenaga pengajar dari Yayasan Pendidikan Lokon telah sukses mempelajari dan menerapkan secara langsung metode ini, melalui pelatihan training for trainer yang dilakukan di Karawaci maupun di Kampus SMA Lokon sejak Juni 2010 yang lalu.

Sejak Agustus 2010 modul-modul Matematika GASING dan lanjutannya telah dipakai di SMA Lokon St. Nikolaus. Tenaga-tenaga pengajar tersebut telah dipersiapkan untuk menjadi trainer sekaligus pengajar fast Math di SMP dan SMA Lokon.

Perayaan Sewindu SMA Lokon

Senin, 13 Desember 2010 yang lalu dipilih sebagai perayaan puncak perayaan sewindu. Dalam acara itulah seluruh keluarga Yayasan Pendidikan Lokon bersuka cita merayakan ulang tahun sewindu SMA Lokon. Dalam acara syukur itu pulalah Yayasan Pendidikan Lokon mencanangkan pendirian SMP, kelas khusus di SMA dan Matematika GASING. Program-program yang akan diterapkan itu bekerja sama dengan Surya Institute Jakarta. Berkaitan dengan itu semua, dalam perayaan syukur itu Prof. Yohanes Surya yang adalah pembina dan sekaligus pemimpin Surya Institite juga hadir. Kehadirannya juga disertai dengan seorang anak didik beliau yang sementara dibina di Karawaci. Marlon Kogoya adalah salah satu dari sekian banyak peserta bina yang didatangkan dari Tolikara, Papua. Marlon bocah berusia 11 tahun yang saat ini masih duduk di bangku kelas 5 SD, berkat bimbingan dan pendampingan di Karawaci, saat ini dia telah mampu mengerjakan soal-soal setingkat SMA. Dalam perayaan sewindu SMA Lokon, Marlon bersama Prof. Surya juga mendemostrasikan kemampuan mereka. Demonstrasi itu luar biasa, Marlon bocah 11 tahun itu dengan cepat menjawab soal-soal matematika yang dilontarkan oleh Prof. Surya dengan tepat.

Seperti Marlon itulah kiranya hasil yang akan dicapai oleh SMP Lokon yang dicanangkan saat itu. Program yang sepertinya muluk-muluk dan mustahil tersebut ternyata mungkin dilakukan. Marlon bocah Papua yang terbelakang setelah mendapat bimbingan kurang lebih delapan bulan ternyata sungguh luar biasa, apakah generasi kita di Manado ini tidak bisa? “Tidak ada orang bodoh” itu penegasan Prof. Surya, semua orang bisa pintar jika mau. Maukah generasi kita di Manado dan Sulawesi Utara memiliki kemampuan seperti Marlon? SMP Lokon akan membuktikan bahwa anak-anak Indonesia bagian timur mampu bersaing dengan anak-anak daerah lain.

Rabu, 08 Desember 2010

MATEMATIKA GASING (Gampang ASIk menyenaNGkan)



Siapa di antara kita tidak mengenal dan pernah belajar Matematika? Pasti tidak ada. Bahkan sejak di bangku Taman Kanak-kanak atau sebelum kita mengalami pendidikan formal orang-orang yang lebih tua dari kita sudah mengajarkan hal yang satu ini. Atau secara ekstrim bisa juga kita katakana bahwa orang yang tidak pernah makan bangku sekolah pun belajar Matematika. Dalam kehidupan sehari-hari, entah profesi kita sebagia apa pun dan di bidang apa pun kita akan bersentuhan dengan hal-hal yang masuk dalam bidang Matematika. Dari pengalaman pribadi dan sebagian orang yang pernah berbagi pengalaman dengan saya, kebanyakan dari kami berpendapat bahwa Matematika itu mata pelajaran yang menakutkan. Apa lagi, ternyata situasi itu semakin diperburuk dengan karakter-karakter guru matematika yang “killer”. Sekedar pengalaman kecil, ketika saya duduk di bagku sekolah dasar guru dan pelajaran yang paling saya takuti adalah pelajaran Matematika. Jika tidak bisa menjawab pertanyaan atau menyelesaikan soal di depan kelas, maka pasti ada hukuman fisik yang akan diterima. Peristiwa-peristiwa itu ternyata sangat membekas dibenak saya, sehingga ada semacam “alergi” ketika membicarakan tentang pelajaran itu. Ada anggapan lain juga yang mengatakan bahwa orang yang jenius saja, atau orang yang memiliki kepandaian di atas rata-rata saja yang bisa belajar dan menguasai matematika secara baik. Itu sedikit banyak realitas di alapangan yang saya alami dan juga sedikit banyak di alami oleh sebagian orang yang saya jumpai.

Pandangan atau penilaian seperti di atas mungkin tidak salah, karena itu adalah realitas yang pernah dirasakan dan dialami. Namun ternyata, menurut saya peristiwa yang saya alami dan cara pandang saya terhadap matematika salah. Kesalahan itu tentu bukan pada gurunya, materima atau siswanya, tetapi situasi jaman yang kemudian menghasilkan proses pembelajaran yang sedemikian rupa dan membentuk cara pandang yang demikian. Kenapa saat ini saya bisa berpendapat demikian? Alasan dan pendapat saya tentu bukan karena semata-mata pengetahuan saya yang bertambah tetapi sungguh pengalaman konkrit yang saya alami. Saat ini saya bekerja di sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, yakni Yayasan Pendidikan Lokon. Saya ditempatkan di unit Lembaga Penelitian dan Pengembangan yayasan dibawah pimpinan Prof. Dr. Mezak A. Ratag, APU. Selain menjadi kepala di Lemlitbang YPL, Prof. Ratag juga mengajar mata pelajaran Matematika dan Fisika. Di sinilah awal saya mempunyai minat yang lebih terhadap Matematika. Mata pelajaran Matematika menjadi program unggulan di SMA Lokon dengan diterapkannya Matematika progresif bekerja sama dengan Prof. Yohanes Surya dan Surya Institute. Sebagai salah satu staff di Lemlitbang, saya sangat bersyukur, karena saya diberi kesempatan untuk mempelajari Matematika dengan metode yang telah diterapkan di Surya Institute. Kita tau bersama Surya Institute telah menghasilkan banyak dari putra-putri bangsa ini meraih juara di Olimpiade internasional baik di tingkat Asia maupun dunia.

Ketika saya mulai ikut mempelajari Matematika dengan metode yang ada, cara pandang saya terhadap matematika langsung berubah. Ternyata matematika itu menyenangkan dan tidak sulit. Belajar Matematika adalah sesuatu yang menyenangkan. Dan itu juga diungkapakan oleh siswa-siswi yang telah mengikuti program ini. Jadi dari pengalam ini saya dapat katakan bahwa, semua pengalaman dan pembelajaran Matematika yang dulu saya pelajari tidak salah, hanya saat itu metode dan pendekatan yang diterapkan belum seperti yang ada saat ini. Belajar Matematika dan untuk pintar Matematika tidah harus anak jenius. Semua orang bisa belajar Matematika, jika mengikuti proses pembelajaran yang semestinya. Belajar Matematika itu Gampang ASIk dan menyenaNGkan.

Selasa, 28 September 2010

BUDAYA, AGAMA dan KEMANUSIAAN




Pada hari Selasa, 28 September 2010 yang lalu, terjadi peristiwa demo dari teman-teman FPI. Mereka menuntut dibubarkannya Q Film Festival. Pengunjuk rasa menuntut pusat kebudayaan membatalkan pemutaran film bertema gay dalam Q Film Festival yang akan menampilkan 150 film dari 20 negara yang mengangkat isu-isu tentang hak gay dan HIV/AIDS

Sejauh saya tau dan mengerti tentang gay atau lesbian, di dalam agama Kristen Katolik yang saya anut pun hal itu dilarang dan tidak dibenarkan. Dan mungkin di dalam agama dan golongan-golongan yang lain dan bahkan budaya-budaya yang ada pun hal itu tidak diijinkan. Terlepas dari semuanya itu, baik dari sudut pandang budaya, agama dan golongan, kita berbicara tentang kemanusiaan. Semua manusia punya hak yang sama. Setiap manusia memiliki kebebasan yang mutlak dari dalam dirinya. Siapa pun dia apa pun pekerjaannya dan dari latar belakang mana pun. Setiap manusia juga bebas untuk berekspresi, mengeluarkan pendapat, menuangkan ide dan seterusnya. Berkaitan dengan kasus di atas mari kita tanggalkan “embel-embel” diri kita, kelompok kita, suku kita, kebangsaaan kita, yang mau tidak mau, yang diakui atau tidak diakui, semuanya itu telah mengkotak-kotakkan diri kita antara satu dengan yang lain. Semuanya itu telah memunculkan pembenaran diri dan golongan, mengucilkan satu dengan yang lain dan menjadikan perbedaan yang sering kali berujung pada pertikaian dan konflik. Mari kita gunakan kaca mata kemanusiaan kita.

Mari kita jujur kepada diri kita, apakah kita terlahir di dunia ini diberi pilihan? Apakah jenis kelamin kita, kita yang tentukan? Apakah warna kulit, jenis rambut dll kita yang memilihnya? Apakah kita memiliki rasa ketertarikan kepada lawan jenis atau sesama jenis kita yang tentukan? Kalau kita jujur menjawab pertanyaan itu, maka pasti kita menjawab TIDAK. Semuanya itu “terberi” dan kita dituntut untuk secara bijaksana menerima dan menggunakkannya dalam kehidupan kita SELAMA di dunia. Itu semua karakter, sifat, property yang harus kita gunakan dalam PERAN kita selama hidup sebagai manusia. Peran itu berbeda-beda dan tanggapan serta pemanfaatannya pun berbeda-beda dari masing-masing pribadi. Hal itu dapat terjadi karena apa? Bukan semata-mata karena pribadi, tetapi banyak unsur yang mempengaruhinya lingkungan, keluarga, budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Setelah itu siapa yang bertanggung jawab? Pribadi, masyarakat, golongan, atau Negara? Kita semua turut bertanggung jawab terhadap semuanya itu. Bagamana acara kita turut bertanggung jawab? Dengan menjadi HAKIM dan menuding mereka sesat dan kita benar, atau memberikan diri kita bagi perubahan sekecil apapun bagi kehidupan “yang lain”? Tentu banyak hal yang bisa kita buat untuk mempertanggungjawabkan itu semua. Dan semua itu pun sangat bergantung dari peran kita saat ini, sebagai ibu rumah tangga, sebagai tukang becak, tukang ojek, penjual sayur, koruptor, pengambil kebijakan, penindas rakyat dan lain sebagainya.

Saudara-saudariku yang saya kasihi, dari golongan apa pun, agama apa pun, suku apa pun kita mari kita gunakan kaca mata kemanusiaan kita. Kita hadir dan terlahir ke dunia ini bukan karena suku jawa, sunda, manado, batak, betawi…..bukan karena kita pemeluk agama tertentu, bukan karena suku dan budaya kita…..kita terlahir kedunia pertama-tama adalah sebagai manusia. Manusia yang mulia yang Tuhan ciptakan serupa dengan-Nya. Manusia dikaruniai akal budi dan hati untuk menguasai dan mengembangkan dan tentu menjaga jagat raya dan seisinya. Sungguh luar biasa kasih Tuhan kepada kita.

Kita terlahir sebagai manusia dengan beranekara ragam warna, agama dan suku budaya. Semuanya itu HANYA TEMPELAN yang melekat pada kemanusiaan kita. Jika kita bertindak dan bersikap didasarkan pada sesuatu yang sifatnya TEMPELAN semata dan melupakan HAKIKAT kita yang sesungguhnya….bijaksanakah kita. Mari kita menghargai Tuhan sang pencipta dengan bersikap bijaksana dalam sikap, tindakan dalam kehidupan kita di dunia ini. Kebenaran, kesucian hal itu terlalu tinggi untuk kita pikirkan….tetapi menerima realitas, saling menghormati, saling menghargai, memelihara kasih dan perdamaian dan yang terpenting menunjukkan sisi kemanusiaan kita …mungkin hal itu yang bisa kita pikirkan dan laksanakan dalam kehidupan kita. Untuk urusan kebenaran, kesucian dan lain sebagainya….biarlah SAATNYA tiba dan kita bersama menghadapinya……………

Minggu, 26 September 2010

Budaya dan Agama



Saya adalah anak Indonesia, itu mungkin yang tepat untuk mendeskripsikan siapa saya.Mengapa demikian? orang tua saya, asli jawa tetapi mereka tinggal di Lampung. Saya dilahirkan di Lampung dengan didikan budaya jawa tetapi juga tidak sepenuhnya. Setelah dewasa saya mengenyam pendidikan berpindah-pindah, di Lampung, Palembang, Jawa dan Manado. Setelah mengalami dan memiliki pengalaman yang beraneka ragam dari budaya yang ada di Indonesia, saya merasa bersyukur karena ternyata suku agama dan budaya sama sekali tidak menjadi penghalang bagi kita untuk berelasi satu dengan yang lain. Dengan pengalaman itu saya merasa bahwa budaya manapun baik adanya dan hal itu mengikis sikap fanatisme dalam diri saya terhadap suku tertentu, agama tertentu, budaya tertentu dan pandangan-pandangan tertentu. Saya merasa lebih menikmati sebagai bangsa Indonesia dengan pengalaman-pengalaman hidup saya.

Namun ada satu hal yang tetap dalam diri saya memiliki dampak yang kuat yakni nilai-nilai atau ajaran-ajaran agama (iman) kristiani saya yang sedikit banyak memberikan warna dalam kehidupan saya. Pengetahuan dan pemahaman tentang iman saya lah yang saya rasa banyak memberikan inspirasi dan juga menjadi latar belakang cara pandang dan prialaku saya dalam kehidupan. Hukum cinta kasih yang di ajarkan adalah ajaran universal bagi kita semua entah dia suku apa, negara apa dan lain sebagainya. Ia tidak mengikat dan dapat diterima dimanapun. Namun kadang ada benturan-benturan antara ajaran agaman dan budaya.Entah itu terjadi dalam institusinya atau pada para pemeluknya sendiri. intinya ketika hal itu terjadi adalah, kebijaksanaan dari diri kita untuk mensikapi semuanya.

Kamis, 16 September 2010

BerAGAMA atau berIMAN




Baru-baru ini kembali keharmonisan dan kedamaian hubungan antar umat beragama di negara kita ini tercoreng dengan tindakan anarkis dari sekelompok orang yang mengatasnamakan golongan tertentu. kasus semacam ini bukan satu dua kali atau baru-baru ini terjadi, tetapi sudah puluhan tahun yang lalu hal serupa pun telah terjadi. Dan jika kita kembali ke masa lalu, pada jaman kehidupan Yesus, ternyata sikap seperti itu pun sudah ada. Golongan satu dengan yang lain saling bertikai ATAS NAMA KEBENARAN. Inikah ciri dari manusia yang mau tidak mau masih memiliki ego yang didasarkan pada pandangan HOMO HOMINI LUPUN? Peradaban, pengetahuan dan lain sebagainya seolah-olah tidak ada artinya dan seandainya itu pun "berarti", hal itu seolah-olah hanya tampak di luaran saja. Mungkin cerita atau ilustrasi satu ini bisa dibenarkan.....

Ketika Tuhan mengadakan rapat bersama para malaikat, Tuhan bertanya....saya ingin meletakkan mutiara yang berharga di atas bumi, tetapi saya ingin meletakkannya di tempat yang sulit dijangkau oleh manuasi....jadi kira-kira saya harus meletakkan harta itu di mana...........Mendengar pertanyaan itu, para malaikat langsung bereaksi. Satu dengan yang lain mulai berdiskusi....setelah beberapa menit kemudian ada satu malaikat yang mengangkat tangannya dan memberikan usulnya..Bagaimana jika kita taruh mutiara itu di atas puncak gunung yang paling tinnggi.... Tuhan kemudian menanggapi usulan itu....jangankan gunung tertinggi...bulan dan daerah luar angkasa saja sudah penuh dengan manusia...para malaikat terdiam dan terus berpikir....Bagaimana jika kita taruh di dasar laut yang paling dalam.....bukan hanya angkasa luar yang mereka datangi, tetapi dengan kapal selam yang mereka buat, apa susahnya masuk ke dasar laut......Mereka kembali terdiam. Setelah hening sekian lama, tiba-tiba ada satu malaikat yang bersuara...Tuhan bagaimana jika kita letakkan mutiara itu di hati manusia itu sendiri...dewasa ini sejauh pengamatan saya, mereka melakukan hal-hal yang luar biasa di luar dirinya...hampir semua pekerjaan kita telah mereka buat...tetapi saya melihat mereka justru semakin jauh dengan diri mereka sendiri....jiwa adalah satu dengan tubuh mereka, tetapi mereka sulit untuk melihat jiwa mereka sendiri. ...Yah tepat sekali.....dengan demikian saya akan letakkan mutiara itu di hati manusia itu sendiri......


Ilustrasi di atas menggambarkan manusia yang orientasi hidupnya tidak lagi di dasarkan dari hati, tetapi dari apa yang ada di luar diri kita. Demikian juga ketika kita berbicara tentang BERAGAMA atau BERIMAN. Sepertinya dua hal itu sama, tetapi sangat berbeda makna. Perkembangan dan pertumbuhan dalam berbagai bidang telah mengaburkan tujuan dan makan hidup itu sendiri, termasuk kehidupan beragama. Bukan hanya beragama dan beriman, tetapi hal itu sangat berpengaruh bagi tiap-tiap pribadi. Ketika pribadi-pribadi yang sudang "terkontaminasi" berkumpul, bagaimana dengan perkumpulan itu sendiri?......Banyak hal yang dapat kita buat dan kita lakukan...banyak hal bisa kita katakan dan kita teriakkan....tetapi semuanya itu tidak ada arti ketika diri kita sendiri justru tidak memulainya....rubahlah dunia dengan mengawali perubahan itu dari diri kita sendiri.........

Kamis, 02 September 2010

Kurikulum Berbasis KEHIDUPAN (KBK)




Berbicara tentang kurikulum pendidikan, mungkin dari sebagian kita sudah merasa bosan. Hal itu disebabkan karena seringnya perubahan kurikulum nasional di negeri ini, tetapi perubahan tersebut sama sekali tidak mengubah mutu pendidikan bangsa. CBSA, KBK, KTSP dan yang lainnya. Dinas Pendidikan Nasional dengan kajian dan evaluasi yang dilakukan secara terus-menerus menghasilkan terobosan-terobosan baru sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Namun selama ini, meskipun kurikulumnya diganti-ganti, toh pendidikan di negeri ini seperi berjalan di tempat. Namun demikian kita pantas bersyukur karena pemerintah memberikan peluang bagi sekolah-sekolah yang ingin mengembangkan kurikulum tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Situasi inilah yang kemudian menginspirasi seorang pemerhati pendidikan di Manado, Sulawesi Utara untuk turut berperan-serta dalam pengembangan mutu pendidikan bangsa ini, setidaknya di daerah Sulawesi Utara dan daerah Indonesia bagian Timur.

Om Ronald sapaan akrab Ronald Korompis adalah seorang pebisnis yang kemudian ingin memberikan diri bagi negeri ini dengan pemikiran-pemikirannya yang kemudian ia tuangkan dalam sebuah lembaga yang bergerak di bidang persekolahan. Ia dengan kehendak tulusnya mendirikan sebuah Sekolah Menengah Atas yang memiliki asrama (Boarding School) yang ia bangun di Tomohon, Manado, Sulawesi Utara. Nama dari sekolah ini adalah SMA Lokon St. Nikolaus. Sekolah ini ia dirikan pada tahun 2002, dengan demikian saat ini sekolah itu sudah berjalan selama 8 tahun. Selama 8 tahun tersebut sekolah ini dijalankan dengan sistim persekolahan yang khusus. Kekhususan itu adalah kurikulum yang diberlakukan di sekolah ini adalah buah dari pemikiran Om Ronald sendiri, yakni KURIKULUM BERBASIS KEHIDUPAN.

Apa istimewanya dari kurikulum ini? Apakah kurikulum ini tidak hanya berganti singkatan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) kemudian diubah menjadi Kurikulum Berbasis Kehidupan? Keistimewaan dari kurikulum ini adalah isi dan roh yang menjiwainya. Kurikulum ini memiliki lima pilar keutamaan yang menjadi fondasi dari seluruh proses pendidikan yang berlangsung. Kelima pilar tersebut adalah Aku ada karena kita ada; Rajin belajar dan rajib bekerja; Berpikir positif; Kerendahan hati; dan Takut akan Tuhan. Selain kelima pilar tersebut, keistimewaan dari kurikulum ini adalan tujuannya. Tujuan dari kurikulum ini adalah membangun kehidupan manusia secara menyeluruh, integral holistik baik dalam aspek intelektual, emosional, moral maupun spiritual. Untuk lebih jelas, lengkap dan lebih dalam, silahkan anda pelajari dalam buku Kurikulum Berbasis Kehidupan. Pandangan tentang Pendidikan menurut Ronald Korompis yang ditulis oleh Mezak A. Ratag & Ronald Korompis. Buku ini di terbitkan oleh ITB Press, Bandung pada tahun 2009.



Kemudian berkaitan dengan perbedaan kata kompetensi dengan KEHIDUPAN, kata ini bukan hanya sekedar ganti semata. Dari makna dan arti kata, kita dapat dengan jelas membedakan. Kata kompetensi berkaitan dengan beberapa aspek dalam diri peserta didik yang ingin dikembangkan. Dalam istilah harian yang sering kita dengar adalah bakat atau talenta. Kata ini memiliki cakupan khusus dan sempit. Mungkin tujuannya baik agar proses pembelajaran dan perkembangan dari peserta didik fokus sesuai dengan kompetensi masing-masing. Namun apapun definisi dan tujuannya, kata kompetensi masih menunjukkan bahwa arah pendidikan kita hanya pada aspek kecerdasan intelektual semata dan aspek-aspek lain diandaikan ada didalam proses tersebut. Sementara itu, kata kehidupan dalam KBK memiliki arti yang sama dengan tujuan yang telah disampaikan di atas (tetang keistimewaan kurikulum ini). Kehidupan itu berkaitan dengan semua aspek kehidupan baik jasmani maupun rohani; intelektual, moral, emosional dan spiritual; fisik maupun psikis dan lain sebagainya. Kurikulum Berbasis Kehidupan benar-benar bertitik tolak dari kehidupan itu sendiri. Dengan demikian semua aspek dalam kehidupan ini diharapkan mampu bertumbuh dan berkembang secara seimbang. Atas alasan dan pertimbangan serta tujuan dari kurikulum itu sendiri maka persekolahan tersebut dibangun dengan konsep wajib berasrama. Di sinilah mereka ditempa, sehingga baik disekolah maupun di asrama proses pembelajaran dan pertumbuhan dari tiap pribadi memperoleh pendampingan.

Selama 8 tahun persekolahan ini berjalan dengan Kurikulum Berbasis Kehidupannya, ternyata hasilnya tidaklah mengecewakan. Sekolah ini menjadi sekolah unggulan di Sulawesi Utara. Prestasi-prestasi yang ditorehkan oleh siswa-siswi SMA Lokon juga sudah sangat banyak dari bidang akademik sampai dengan kegiatan-kegiatan yang lainnya. Di bidang akademik siswa-siswi SMA Lokon telah menjuarai olimpiade-olimpiade sains baik daerah, nasional bahkan internasional. Baru-baru ini siswa SMA Lokon atas nama Christian Emor juga memperoleh mendali emas dalam Olimpiade Fisika Internasional ke 41 di Zagreb, Kroasia yang diselenggarakan pada tanggal 17 – 25 Juli 2010. Sebelumnya dia juga berhasil memperoleh perunggu dalam Olimpiade Fisika tingkat Asia (APhO) ke-11 di Taipeh pada bulan April 2010. Selain bidang akademik dibidang lain juga sekolah ini menjadi unggulan dengan Marching bandnya yang menjadi juara 1 berturut-turut selama 3 tahun dalam turnamen Izusu Cup, Tim Basket yang menjuarai DBL Sulawesi Utara dan lain sebagainya.

Kurikulum Berbasis Kehidupan benar-benar berfokus pada siswa-siswi atau peserta didik (child center). Dengan keberhasilan dan sumbangan yang cukup berarti bagi dunia pendidikan di tingkat lokal maupun di tingkat nasional, maka kurikulum ini pun akan dikembangkan secara terus menerus. Usaha pengembangan tersebut akan diaktualisasikan dengan mengembangkan jenjang persekolahan yang ada. Selama ini persekolahan yang ada hanya di jenjang SMA dan tahun depan rencananya akan didirikan SMPnya. Di kemudian hari bukan hanya SMA dan SMP saja, tetapi jenjang sekolah dasar akan lengkap dibangun di kompeks tersebut. Dari pra TK sampai dengan SMA. Mengapa hanya jenjang sekolah dasar dan menengah? Kenapa tidak sekaligus dengan universitas? Untuk mengetahui alasan dan jawaban mengapa hanya membangun sekolah dasar dan menengah, kita akan bertemu kembali dalam tulisan berikutnya. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.
Syalom.

Selasa, 31 Agustus 2010

Belajar dari buku Dorothy Prokes




Dalam buku Dorothy Prokes yang berjudul A Road Map to Education. The Cry-Act Way. setidaknya ada 4 gagasan pokok yang bisa kita pelajari. Pertama berkaitan dengan Tugas dan fungsi pokok/utama kita dalam menjalankan persekolahan atau dalam proses pembelajaran yakni MEMBANGUN IMAGE dalam diri peserta didik. (Cf; Kehidupan kita sebagai seorang kristiani, kita diberikan teladan bagi kesempurnaan hidup kita yakni Yesus yang adalah Tuhan yang terlahir di dunia. Kehadiran Yesus diharapkan mampu MEMBANGUN IMAGE dalam diri kita, bagaimana seharusnya kita hidup agar kita juga dapat mencapai kesempurnaan hidup. Tentu kita tidak akan pernah menjadi seperti Yesus, tetapi setidaknya kita mampu menghidupi, melaksanakan dan memegang prinsip-prinsip hidup, kebijaksanaan, kerendahaan hati dan lain sebagainya dari kehidupan Yesus).
Selain membangun image dalam diri peserta didik, kita juga harus mampu MENYADARKAN PERAN masing-masing dari mereka. Ini adalah gagasan pokok yang kedua. (Cf. Kehidupan kita sebagai orang-orang kristiani, kita disadarkan oleh Yesus yang adalah Tuhan kita, bahwa masing-masing dari kita memiliki peran yang penting dalam kesatuan anggota Tubuh Kristus. Sebagai anggota Tubuh Kristus, kita bisa menjadi telinga, hidung, mata, kaki, sel pembuluh darah, urat dan lain sebagainya. Dalam proses pembelajaran kita diharapkan mampu mengenal peran dari masing-masing peserta didik dalam ‘kehidupan’ ini dan mampu pula menyadarkan peserta didik untuk menyadari peran tersebut.
Gagasan pokok yang ketiga adalah dalam proses pembelajaran, masing-masing pribadi dari peserta bina adalah fokus atau titik tolak dari proses itu sendiri ‘CHILD CENTER’. Guru bukanlah pusat atau segala-galanya dalam proses pembelajaran dan itu yang sering terjadi dalam dunia pendidikan kita. Guru menjadi sumber pengetahuan, sumber kebenaran dan seterusnya. Hal itu tentu tidak salah, tetapi jika hal itu kemudian dimutlakkan dan hanya satu-satunya acuan, ini yang keluar jalur. Peserta didik dengan latar belakang dan potensi yang berbeda-beda harus dikenal secara personal dan akhirnya dikembangkan sesuai dengan apa yang ada dalam diri mereka. Kehebatan seorang guru bukan hanya dalam bidang mata pelajarannya, tetapi bagaimana ia memiliki kepekaan, insting, pengenalan kepada tiap peserta didik dan akhirnya mampu mengarahkan dan mengembangkan tiap peserta didik sesuai dengan bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Itulah keberhasilan dari sebuah proses pendidikan.
Keempat, prioritas pembelajaran bukan bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman sebanyak-banyaknya, tetapi prioritas pembelajaran kita harus bertujuan bagaimana peserta didik dapat belajar untuk memperoleh pelajaran/pengetahuan, BELAJAR BAGAIMANA MEREKA HARUS BELAJAR.


Relefansi konsep dasar dari buku A Road Map to Education dalam proses pembelajaran di Indonesia
Gagasan atau ide dalam buku A Road Map to Education menjadi gambaran ideal dari sebuah proses pembelajaran, maka sangat baik jika gagasan tersebut diadopsi dan diterapkan dalam proses pembelajaran di Indonesia. Namun sebelum kita menerapkan atau mengadopsi gagasan tersebut, mungkin ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dan menjadi bahan permenungan, sehingga apa yang nantinya kita buat bukan hanya sekedar konsep dan akhirnya berhenti di tengah jalan atau seandainya pun jalan itu pada tataran konsep dan esensi dari gagasan tersebut tidak tersentuh. Jika kita merujuk ke konsep tersebut dan melihat realitas yang ada dalam proses pembelajaran lokal di daerah kita, maka apa yang dapat kita katakan.
Self image : Tantangan yang berat bagi pendidikan kita. Mengapa demikian, karena unsur yang utama atau kunci dalam proses pembelajaran tersebut adalah MEMBANGUN IMAGE dalam diri peserta didik. Membangun image di Indonesia menjadi sulit karena ada beberapa faktor. Pertama faktor keluarga. Keluarga adalah sekolah awal bagi masing-masing individu untuk bersosialisasi, beradaptasi, berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Oleh karena itu keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembentukan image bagi anak-anak. Keluarga mengawali membangun image anak dengan budaya persaingan, saling menjatuhkan demi suatu kedudukan/posisi tertentu. Kedudukan, jabatan dan penghormatan dari orang lain menjadi prioritas dalam hidup dan menjadi kebanggaan tersendiri. Kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup dibangun atau diukur hanya berdasarkan hal-hal luaran dari diri kita dan hakikat terdalam dari dalam diri kita tidak pernah mendapat perhatian. Pendidikan di sekolah seolah-olah lepas dan berbeda dengan pendidikan dalam keluarga. Pendidikan tidak berjalan selaras antara pendidikan formal dengan pendidikan non formal. Kedua adalah masyarakat. Masyarakat adalah sebuah kelompok yang terdiri dari keluarga-keluarga yang membangun sistim hidup bersama berdasarkan kesepakatan-kesepakatan. Oleh karena itu hal-hal yang mempengaruhi pembentukan image dalam diri anak kurang lebih sama dengan apa yang dihasilkan oleh keluarga-keluarga. Namun yang menjadi beda adalah efek lebihnya. Ketika anak-anak mendapatkan gambaran dari keluarganya, anak belum tau pasti apakah itu benar atau salah. Ketika ia keluar dan mulai bersosialisasi dengan masyarakat dan menemukan hal yang sama dengan apa yang ia dapat di keluarganya, maka ia akan menarik kesimpulan bahwa apa yang ia dapat dan ketahui adalah benar. Bahwa materi dan jabatan adalah segala-galanya adalah benar. Ketiga adalah peran media massa. Media massa turut berperan besar dalam pembangunan image anak-anak. Ketika mereka menyaksikan bahwa di media massa pun realitasnya sama dengan apa yang ia dapat di keluarga dan masyarakat, maka semakin yakinlah ia dengan apa yang ia peroleh sebagai suatu kebenaran. Keempat adalah pemerintah. Pemerintah adalah otoritas yang dipercaya oleh masyarakat untuk memberi arah bagi kelangsungan hidup bersama (bonum commune). Pemerintah juga turut ambil peran dalam pembangunan image dari anak-anak. Pemerintahan dengan segala kelebihannya tentu, selalu memberi penghargaan kepada orang-orang atau putra atau putri bangsa yang telah mengharumkan nama bangsa kita. Namun itu ternyata tidaklah sepenuhnya tepat. Pemerintah memberikan penghargaan dan penghormatan yang sangat tinggi kepada mereka yang sukses atau berhasil menjadi pejabat atau seorang konglomerat. Ketika anak negri menjadi pejabat baik dipusat maupun di daerah atau menjadi seorang konglomerat, maka penghargaan itu sungguh luar biasa. Tetapi apakah pemerintah juga memberi penghargaan dan penghormatan kepada putra-putri bangsa yang juga telah mengharumkan nama bangsa ini dengan penemuan ilmu pengetahuan, kejuaraan ilmu pengetahuan, olimpiade, dan lain sebagainya? Mentalitas dan cara kerja dari pemerintah yang korup, suka bolos, tidak disiplin dan lain sebagainya menjadi tontonan bagi generasi penerus bangsa. Dengan image atau realitas yang ada, cita-cita apa yang akan digantungkan di pundak anak negeri?
Penyadaran peran: Penyadaran peran menjadi persoalan berat karena image yang telah dibangun oleh unsur-unsur di atas. Ketika setiap individu memimpikan materi dan jabatan, mengalami ketidak adilan karena status dan jabatan dan lain sebagainya maka dalam proses pembelajaranpun masing-masing individu akan sulit untuk disadarkan akan peran (talenta/potensi) mereka. Peran lain tidak menarik dan tidak berharga karena image yang dibangun. Hal itu sebenarnya riskan, karena motivasi dan cita-cita yang dibangun didasarkan pada apa yang ada di luar diri pribadi. Hal itu juga berlaku dalam proses pembelajaran. Ilmu pengetahuan berkembang pesat dari hari ke hari, jika kita hanya ingin juara kelas atau lulus di bidang-bidang tertentu dengan sempurna hal itu juga riskan, karena ilmu pengetahuan, teknologi berkembang sangat pesat dan ketika kita tidak memiliki mental yang siap maka kitapun akan hanyut terbawa oleh arus dan tiap individu teralienasi dengan dirinya sendiri. Ilmu pengetahuan berkembang seiring dengan perjalanan sang waktu, tetapi karakter, kepribadian dan potensi dalam diri tetap melekat kendati dunia berputar dan berubah-ubah dengan cepat. Di sini penting membangun pengetahuan dan mendampingi proses perkembangan dari masing-masing pribadi dari dalam atau hati.
‘Child center’: ketika tiap individu adalah sentral dari proses maka konsekuensi yang harus dihadapi memeng cukup besar. Pada poin kedua sedikit disinggung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat, sehingga dalam proses pembelajaran yang kita buat bukan hanya mengikuti dan menguasai ilmu pengetahuan itu tetapi lebih dari itu. Proses pembelajaran harus bertumpu pada tiap pribadi yang terlibat di dalam proses itu. Tiap pribadi dituntut bukan hanya untuk mengikuti, mengejar dan menguasai perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi mereka harus diajak untuk belajar bagaimana mereka belajar memperoleh pengetahuan. Jadi fokusnya bukan pada pelajaran atau ilmu pengetahuan, tetapi fokusnya ada di dalam diri masing-masing pribadi. Jika demikian ada beberapa konsekuensi yang mengikutinya: pertama, tiap pribadi punya kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda dengan demikian cara dan metode pembelajaran tentu beda. Dengan demikian butuh banyak waktu, tenaga dan pikiran; kedua, ketika peserta didik menjadi fokus dan senter maka jumlah dalam masing-masing kelas harus kecil agar fokus dan perhatian tersebut dapat dilaksanakan dengan baik; ketiga, tenaga didik harus memiliki kemampuan lebih dalam mendampingi siswa, baik pengetahuan, tehnik pendampingan atau pengajaran serta kreatifitas.
Bukan belajar apa, tetapi bagaimana belajar: realitas yang ada disekitar kita adalah adanya penyimpangan dari proses pembelajaran. Budaya konsumerisme dan budaya instan telah turut serta dalam proses pembelajaran. Peserta didik diajarkan bukan bagaimana belajar dan bagaimana cara memperoleh pelajaran, tetapi mereka disuguhi trik-trik bagaimana agar mereka dapat menjawab soal-soal ujian dan lulus dengan nilai baik. Orientasi yang salah kaprah ini justru sering mendapatkan apresiasi yang luar biasa karena hasil ujian yang gemilang dan angka kelulusan yang spektakuler. Tetapi apakah kita pernah memikirkan masa depan mereka ketika mereka ada di bangku kuliah. Cara belajar dan proses pembelajaran yang telah mereka peroleh ternyata tidak membuat mereka mampu berjuang secara baik di tengah-tengah kehidupan kampus. Realitas tersebut menjadi tantangan bagi kita, karena tidak gampang mengubah orientasi yang selama ini ‘dianggap’ cemerlang.
Demikianlah sekilas pokok-pokok pemikiran Doroty Prokes dan relefansinya bagi dunia pendidikan kita di Indonesia ini. Gagasan dan ide pokok yang ada mungkin sangat mudah kita mengerti dan pahami, tetapi semuanya itu tidak gampang untuk kita terapkan. Mengubah arah dan tujuan dari sebuah pendidikan tidaklah gampang, terlebih jika semuanya itu sudah mendarah daging pada sebagian besar dari praktisi pendidikan. Jujur harus diakui bahwa mungkin anda dan saya adalah korban-korban dari system pendidikan yang sudah salah. Dan dengan kondisi itu kita ingin memperbaiki generasi kita dengan dasar dan pengetahuan yang salah itu? Tentu tidak. Mari kita berjuang untuk meningkatkan mutu pendidikan kita yang tentu harus kita mulai dari diri kita. Mengembangkan diri, memperkaya diri dan mengubah diri adalah kunci bagi sebuah kesuksesan.

Kamis, 26 Agustus 2010

Sekilas tentang buku “A ROAD MAP TO EDUCATION”



Berangkat dari pengalaman pribadi yang prihatin dengan situasi dan kondisi pendidikan, Dorothy Prokes kemudian membuat gembrakan baru dalam dunia pendidikan yang kemudian ia tuangkan dalam sebuah buku A Road Map to Education. The Cre-Act Way. Menurutnya metode dan system pendidikan yang ada saat itu tidak mampu menyentuh tiap pribadi dalam pertumbuhannya. Hanya sebagian kecil dari mereka saja yang dapat mengikuti metode atau tersentuh oleh metode tersebut.
Kemudian ketika beberapa tahun mencoba menerapkan cara lain yakni dengan beberapa kegiatan lomba drama, berbicara dan lain sebagainya, ternyata membangkitkan atau memunculkan prinsip dalam pendidikan yang kreatif. Setiap pribadi ditantang untuk melukis kehidupannya sendiri dengan imajinasi kehidupan mereka sebagai rangkaian gerbong kereta. Ternyata kreatifitas berakting menjadikan sebuah media implementasi tranformasi. Dalam proses tersebut setiap pribadi diisi dengan kehidupan dan energi. Kekuatan dan imajinasi mereka diperkuat dan dikembangkan bersama dan ditopang oleh yang lain.
Panggilan untuk membuat perubahan bergema dalam diri Dorothy Prokes karena adanya kesadaran bahwa anak-anak yang dari waktu ke waktu akan bertumbuh dan memasuki masa dewasa. dengan demikian penting bahwa mereka harus berjalan dalam jalan yang benar dan memperoleh pengetahuan yang diperlukan bagi masa depan mereka.
Situasi itu menarik bagi Dorothy dan kemudian ia bubuhkan dalam bukunya yang didasarkan pada penelitian doktoralnya. Dalam penelitiannya ia menemukan bahwa acting mampu membangkitkan potensi dalam pertumbuhan dan memberikan pengembangan pendidikan yang bermanfaat. Ketika acting atau drama dapat membangkitkan sebuah pertumbuhan dalam diri pribadi maka sebenarnya pendidikan dan drama menjadi sebuah persilangan atau percampuran dari masing-masing elemen. Drama atau acting sebagai sarana atau metode pengembangan pribadi dan bukan semata-mata untuk meningkatkan kemampuan dan penguasaan teknis dalam sikap drama itu sendiri.
Penting juga mendekatkan tiap pribadi untuk melihat dan memaknai hidup mereka bahwa yang penting dalam dunia ini bukanlah dunia atau apa yang kita lihat sekarang, tetapi yang penting adalah dunia yang dapat kamu lihat (bangun) dikemudian hari dalam hidupmu.
Perkembangan dunia yang pesat dan pengaruh-pengaruh dunia yang justru menanamkan keyakinan yang keliru yakni kekuasaan sajalah yang dapat menyelesaikan segala permasalahan. Banyak orang hanya berjuang demi kepandaian. Kepandaian yang dimiliki serta mungkin kreatifitas yang ada hanya diperuntukkan bagi dirinya sendiri. Semuanya itu hanya menghasilkan kebingungan, frustrasi, kecurigaan dan permasalahan. Pertanyaan dasar bagi kita adalah bagaimana proses perkembangan manusia agar kehidupan manusia semakin manusiawi? Bagaimana membuat manusia semakin baik, lebih peka, dan lebih terbuka dengan yang lain? Bagaimana agar manusia dapat merasakan kebahagiaan? 1. Hidup dalam kebenaran. 2. Merdeka dalam mengekspresikan kebenaran. manusia bukan menjadi budak dari pikiran, sistim, dll. Ketika kita ingin berkembang pertanyaan dasar yang harus ada dibenak kita adalah bukan apa yang dapat saya buat, tetapi apa yang seharusnya saya buat.
Pendidikan adalah proses pembelajaran yang bertitik tolak dari individu-individu yang memiliki kekayaan dan keanekaragaman satu dengan yang lain. Pendidikan dengan sistim dan kurikulumnya dituntut mampu memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan dari anak-anak tersebut. Unsur-unsur yang penting dalam proses pembelajaran adalah siswa sendiri yang memiliki kekayaan dan potensi diri serta guru yang memberikan stimulus kepada tiap pribadi untuk bertumbuh dan berkembang berdasarkan kemampuan, impian (imajinasi), karakter dan potensi mereka masing-masing. Dengan demikian guru menjadi fasilitator, instruktur yang mempu memberi arah dan mengajak siswa untuk menggali kekayaan dalam diri mereka masing-masing. Ketika mereka mampu menggali dan menemukan kekayaan-kekayaan tersebut, maka tugas guru adalah mengajak mereka untuk mengapresiasikan pengetahuan mereka dalam kehidupan. Dalam proses tersebut tentu tidak diandaikan bahwa guru hanya menjadi ‘penonton’, guru menjadi sumber inspirasi, motivator dan instruktur yang juga selalu mengikuti gerak dan perkembangan anak didik mereka.
Tujuan dari proses pembelajaran tersebut adalah siswa memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk terus bertumbuh menjadi diri sendiri di mana pun mereka berada dan dalam situasi dan kondisi apapun (struggle). Proses pembelajaran tetap berorientasi pada tujuan atau dengan kata lain memiliki rel yang harus diikuti tetapi dalam perjalanan waktu sangat menghargai proses yang terjadi di dalamnya. Di sinilah improvisasi dan kolaborasi antara pengetahuan, pengalaman dan relasi dengan yang lain mendapat tempat penting dalam proses pembelajaran.
Sistim dan metode pendidikan ini sangat menarik dan sungguh merupakan pendidikan yang progresif. Menarik karena dalam pelaksanaan proses pembelajaran sungguh berfokus pada progress atau perkembangan dari anak didik secara individu bukan secara ‘umum’. Saya percaya, jika sistim dan metode yang telah dipaparkan dalam buku A Road Map to Education dapat kita terapkan dalam proses pendidikan kita, maka kita akan menghasilkan out put yang sungguh menggembirakan. Anak didik sungguh-sungguh diajak belajar dari kehidupan mereka sendiri, mengakrapinya dan mengembangkannya. Kehidupan yang adalah anugerah terbesar dari Tuhan sungguh menjadi berkat dan rahmat bagi tiap individu maupun sesamanya. Ketika melihat situasi dunia dewasa ini baik dalam aspek politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya kita menemukan banyak hal yang telah menyimpang dari jalurnya. Hal itu juga diungkapkan oleh Paus Benediktus XVI yang juga dikutip dalam buku A Road Map to Education, “Permasalahan sekarang adalah adanya kesenjangan antara pengetahuan (intelektual) dengan moral”. Oleh karena itulah dimana-mana terjadi korupsi, kolusi dan lain sebaginya. Perkembangan intelektual yang baik tidak diimbangi dengan perkembangan moral dan spiritual yang baik. Dengan demikian perkembangan manusia secara utuh mutlak diupayakan sejak dari sekarang.
Tulisan di atas hanya menyinggung sedikit dari gagasan yang ada dalam buku A Road Map to Eduacation. Buku ini amat kaya dan memberikan ispirasi bagi kita yang peduli dengan dunia pendidikan. Setelah membaca ulasan singkat ini saya berharap kepada kita untuk mendalaminya dengan membaca dan mempelajari sendiri konsep Dorothy Prokes yang amat kaya. Dengan pemikirannya semoga menginspirasi kita juga untuk melakukan sesuatu bagi dunia pendidikan Indonesia yang masih trpuruk dan belum berada pada “jalur” yang sebenarnya.

Selasa, 24 Agustus 2010

Peningkatan Mutu Sekolah




Pendidikan di Negara kita sangatlah memprihatinkan. Jika kita lihat secara statistic dari jumlah sekolah dan penduduk yang mengenyam pendidikan, mungkin “sudah cukup” menggembirakan. Tetapi jika kita berbicara tentang mutu dan out put dari pendidikan kita, sangatlah menyedihkan. Sebagian besar pendidikan kita masih berorientasi pada perkembangan dan peningkatan intelektual (IQ) dari peserta didik dan aspek-aspek lainnya masih diabaikan. Aspek yang masih terabaikan adalah aspek kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Mungkin secara teori banyak sekolah sudah mengetahui dan coba menerapkannya dalam kurikulum yang ada, tetapi secara praksis di lapangan hal itu sama sekali belum tersentuh. Mungkin, semuanya itu bisa dipahami dan dimengerti oleh kita semua karena itu terjadi di Negara Indonesia yang tercinta ini. Mengapa demikian? Saya katakan bisa dimengeti dan bisa kita pahami karena pemerintah, dengan kebijakan-kebijakannya yang berkaitan dengan dunia pendidikan masih mengkondisikan dan bahkan memaksakan arah pendidikan di Indonesia ke arah perkembangan intelektual semata. Bukti yang tampak jelas di mata kita adalah standar kelulusan peserta didik yang dipatok dengan kelulusan Ujian Nasional. Ujian yang dibuat secara serentak dengan “hanya” memilih jawaban a atau b atau c dan seterusnya. Proses bertahun-tahun yang dilakukan peserta didik ditentukan oleh berapa jam dan berapa hari ketika mengikuti ujian nasional. Lulus ujian nasional “seolah-olah” menjadi jaminan mutu dari pendidikan di Negara tercinta ini. Dan apa yang terjadi, setiap tahun kita menyaksikan drama tragis siswa-siswi yang menangis karena tidak lulus ujian, bahkan orang tua dan guru pun ikut frustrasi. Angka siswa-siswi yang tidak lulus pun sangat memprihatinkan bahkan ada sekolah-sekolah tertentu yang mengalami peristiwa tragis karena 100 persen dari siswa-siswi yang mengikuti ujian nasional dinyatakan tidak lulus. Jika dari seratus ada sekian orang tidak lulus, berarti siswa-siswinya yang salah. Jika sebagian besar yang tidak lulus, mungkin guru-gurunya yang salah. Tetapi jika semua siswa di sekolah tidak lulus, yang salah adalah sistimnya.

Banyak kalangan sudah memberikan kritik, saran dan masukan tetapi seolah-olah semuanya itu menjadi hembusan angin lalu yang datang saat musim dan tahun depan akan datang lagi dan akan berlalu lagi. Mungkin ini tidak hanya terjadi di dunia pendidikan saja, dunia politik, ekonomi, social budaya dan agama pun hal serupa terjadi. Pertanyaan lebih lanjut, mau di bawa kemana bangsa ini? Mungkin Anda, ketika membaca tulisan ini juga punya pendapat sendiri dan pertanyaan tersendiri. Setelah semuanya Anda paparkan, Anda bisa berbuat apa dan Anda sudah buat apa untuk dunia pendidikan? Pertanyaan yang bagus dan saya harus jujur katakana sulit dan berat untuk di jawab. Jujur harus saya katakan, saya belum bisa berbuat apa-apa bagi dunia pendidikan. Tetapi dalam diri saya, ada tekat dan niat untuk memperbaiki sedikit wajah dunia pendidikan kita ini. Saat ini saya bergabung di sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan yakni Yayasan Pendidikan Lokon. Saya bergabung di unit Lemlitbang (Lembaga penelitian dan Pengembangan) Yayasan Pendidikan Lokon. Di sini saya punya harapan dan cita-cita yang tentu tidak besar. Cita-cita saya setidaknya saya bisa memberikan diri saya untuk mengembangkan dunia pendidikan di Sulawesi Utara atau Indonesia bagian timur. Setidaknya saya ingin memperbaiki dunia pendidikan dari diri saya sendiri. Ada pepatah yang mengatakan untuk mencapai seribu langkah kita harus mengawalinya dengan satu langkah. Intinya menurut pemahaman saya untuk membuat perubahan yang besar tidaklah mungkin terjadi ketika kita tidak mengubah diri kita sendiri. Mari kita bersama-sama berupaya untuk memberikan sesuatu bagi negri ini.

Senin, 23 Agustus 2010

Daftar Nama-nama Paus (Sepanjang Sejarah)



Gereja Katolik dengan sejarahnya yang gemilang maupun yang gelap telah memberikan warna tersendiri bagi perkembangan dan pertumbuhan dunia. Inilah paus-paus yang telah menggembalakan Gereja-Nya sepanjang sejarah kekristenan.

1.Santo Petrus (33-64 atau 33-67)
2.Santo Linus dari Tuscany (67-76)
3.Santo Anacletus (atau Cletus) dari Roma (76-88)
4.Santo Clement I dari Roma (88-97)
5.Santo Evaristus dari Yunani (97-105)
6.Santo Alexander I dari Roma (105-115)
7.Santo Sixtus I dari Roma (115-125)
8.Santo Telesphorus dari Yunani (125-136)
9.Santo Hyginius dari Athena, Yunani (136-140)
10.Santo Pius I dari Aquileia (140-155)
11.Santo Anicetus dari Emesa, Syria (155-166)
12.Santo Soter dari Campagna, Italia (166-175)
13.Santo Eleutheriusdari Nicopolis di Epirus, Yunani (175-189)
14.Santo Victor I dari Afrika (189-199)
15.Santo Zephyrinusdari Roma (199-217)
16.Santo Callixtus I dari Roma (217-222)
17.Santo Urban I dari Roma (222-230)
18.Santo Pontian dari Roma (230-235)
19.Santo Anterus dari Yunani (235-236)
20.Santo Fabian dari Roma (236-250)
21.Santo Cornelius dari Roma (251-253)
22.Santo Lucius I dari Roma (253-254)
23.Santo Stephen I dari Roma (254-257)
24.Santo Sixtus II dari Athena, Yunani (257-258)
25.Santo Dionysius, asal tidak diketahui (259-268)
26.Santo Felix I dari Roma (269-274)
27.Santo Eutychian dari Luni (275-283)
28.Santo Caius dari Dalmatia (283-296)
29.Santo Marcellinus dari Roma (296-304)
30.Santo Marcellus I dari Roma (308-309)
31.Santo Eusebius dari Calabria, Yunani (309-310)
32.Santo Melchiades atau Miltiades dari Afrika (311-314)
33.Santo Sylvester I dari Roma (314-335)
34.Santo Markus dari Roma (336)
35.Santo Julius I dari Roma (337-352)
36.Liberiusdari Roma (352-366)
37.Santo Damasus I dari Spanyol (366-384)
38.Santo Siricius dari Roma (384-399)
39.Santo Anastasius I dari Roma (399-401)
40.Santo Innocentius I dari Albano (401-417)
41.Santo Zozimus dari Mesuras, Yunani (417-418)
42.Santo Boniface I dari Roma (418-422)
43.Santo Celestinus I dari Campania (422-432)
44.Santo Sixtus III dari Roma (432-440)
45.Santo Leo I (Agung) dari Tuscany (440-461)
46.Santo Hilarius dari Sardinia (461-468)
47.Santo Simplicius dari Tivoli (468-483)
48.Santo Felix III (II) dari Roma (483-492)
49.Santo Gelasius I dari Afrika (492-496)
50.Anastasius IIdari Roma (496-498)
51.Santo Symmachus dari Sardinia (498-514)
52.Santo Hormisdas dari Frosinone (514-523)
53.Santo Yohanes I dari Tuscany (523-526)Martir
54.Santo Felix IV (III) dari Samnium (526-530)
55.Boniface II dari Roma (530-532)
56.Yohanes II(Mercury) dari Roma (533-535)
57.Santo Agapitus I dari Roma (535-536)
58.Santo Silverius I dari Campania (536-537)
59.Vigiliusdari Roma (537-555)
60.Pelagius I dari Roma (556-561)
61.Yohanes III dari Roma (561-574)
62.Benedictus Idari Roma (575-579)
63.Pelagius IIdari Roma (579-590)
64.Santo Gregorius I (Agung)dari Roma (590-604)
65.Sabiniandari Blera di Tuscany (604-606)
66.Boniface IIIdari Roma (607)
67.Santo Boniface IVdari Abruzzi (608-615)
68.Santo Deusdedit (Adeodatus I)dari Roma (615-618)
69.Boniface Vdari Naples (619-625)
70.Honorius I dari Campania (625-638)
71.Severinus dari Roma (640)
72.Yohanes IV dari Dalmatia (640-642)
73.Theodore I orang Yunani dari Leventine Koloni di Roma (642-649)
74.Santo Martin I dari Todi (649-655)
75.Santo Eugene I dari Roma (654-657)
76.Santo Vitalian dari Segni (657-672)
77.Adeodatus II dari Roma (672-676)
78.Donusdari Roma (676-678)
79.Santo Agatho dari Yunani dari Sicilia (678-681)
80.Santo Leo II dari Sicilia (682-683)
81.Santo Benedictus II dari Roma (684-685)
82.Yohanes V dari Antiokia, Siria (685-686)
83.Conon dari Yunani dari Thracian (?) (686-687)
84.Santo Sergius I orang Siria dari Palermo (687-701)
85.Yohanes VI dari Yunani (701-705)
86.Yohanes VIIorang Yunani dari Calabria (705-707)
87.Sisinnius orang Yunani dari Siria (708)
88.Constantine dari Siria (708-715)
89.Santo Gregorius II dari Roma (715-731)
90.Santo Gregorius III dari Siria (731-741)
91.Santo Zacharius orang Yunani dari Calabria (741-752)
92.Stephen II (III) dari Roma (752-757)
93.Santo Paulus I dari Roma (757-767)
94.Stephen III (IV)dari Sicilia (768-772)
95.Adrianus I dari Roma (772-795)
96.Santo Leo III dari Roma (795-816)
97.Stephen IV dari Roma (816-817)
98.Santo Paschal I dari Roma (817-824)
99.Eugene II dari Roma (824-827)
100.Valentinus dari Roma (827)
101.Gregorius IV dari Roma (827-844)
102.Sergius II dari Roma (844-847)
103.Santo Leo IV dari Roma (847-855)
104.Benedictus III dari Roma (855-858)
105.Santo Nicholas I (Agung) dari Roma (858-867)
106.Adrianus II dari Roma (867-872)
107.Yohanes VIII dari Roma (872-882)
108.Marinus I dari Gallese (882-884)
109.Santo Adrianus III dari Rome (884-885)
110.Stephen V (VI) dari Rome (885-891)
111.Formosus Uskup Porto (891-896)
112.Boniface VI dari Roma (896)
113.Stephen VI (VII) dari Roma (896-897)
114.Romanus dari Gallese (897)
115.Theodore II dari Roma (897)
116.Yohanes IX dari Tivoli (898-900)
117.Benedictus IV dari Roma (900-903)
118.Leo V dari Ardea (903)
119.Sergius III dari Roma (904-911)
120.Anastasius III dari Roma (911-913)
121.Landus dari Sabina (913-914)
122.Yohanes X dari Tossignano (Imola) (914-928)
123.Leo VI dari Roma (928)
124.Stephen VII (VIII) dari Roma (928-931)
125.Yohanes XI dari Roma (931-935)
126.Leo VII dari Roma (936-939)
127.Stephen VIII (IX) dari Roma (939-942)
128.Marinus II dari Roma (942-946)
129.Agapitus II dari Roma (946-955)
130.Yohanes XII (Octavius) dari Tusculum (955-964)
131.Leo VIII dari Roma (963-965)
132.Benedictus V dari Roma (964-966)
133.Yohanes XIII dari Roma (965-972)
134.Benedictus VI dari Roma (973-974)
135.Benedictus VII dari Roma (974-983)
136.Yohanes XIV (Peter Campenora) dari Pavia (983-984)
137.Yohanes XV dari Roma (983-996)
138.Gregorius V (Bruno dari Carinthia) dari Saxony (996-999)
139.Sylvester II (Gerbert) dari Auvergne (999-1003)
140.Yohanes XVII (Siccone) dari Roma (1003)
141.Yohanes XVIII (Phasianus) dari Roma1004-1009
142.Sergius IV(Peter) dari Roma (1009-1012)
143.Benedictus VIII (Theophylactus) dari Tusculum (1012-1024)
144.Yohanes XIX (Romanus) dari Tusculum (1024-1032)
145.Benedictus IX (Theophylactus) dari Tusculum (1032-1044)
146.Sylvester III (Yohanes) dari Roma (1045)
147.Benedictus IX (kedua kalinya) (Theophylactus) dari Tusculum (1045)
148.Gregorius VI (Yohanes Gratianus) dari Roma (1045-1046)
149.Clement II (Suitger, Lord Morsleben & Hornburg) dari Saxony (1046-1047)
150.Benedictus IX (ketiga kalinya) (Theophylactus) dari Tusculum (1047-1048)
151.Damasus II (Poppo) dari Bavaria, Jerman (1048)
152.Santo Leo IX (Bruno) dari Alsace (1049-1054)
153.Victor II (Gebhard) dari Swabia (1055-1057)
154.Stephen IX (X) (Frederick) dari Lorraine (1057-1058)
155.Nicholas II (Gerard) dari Burgundy (1059-1061)
156.Alexander II (Anselmo da Baggio) dari Milan (1061-1073)
157.Santo Gregorius VII (Hildebrand) dari Tuscany (1073-1085)
158.Beato Victor III (Dauferius atau Desiderius) dari Benevento (1086-1087)
159.Beato Urban II (Otto diLagery) dari Perancis (1088-1099)
160.Paschal II (Raniero) dari Ravenna (1099-1118)
161.Gelasius II (Giovanni Caetani) dari Gaeta (1118-1119)
162.Callistus II (Guido dari Burgundi) dari Burgundy, Perancis (1119-1124)
163.Honorius II (Lamberto) dari Fiagnano (Imola) (1124-1130)
164.Innocentius II (Gregorio Papareschi) dari Roma (1130-1143)
165.Celestinus II (Guido) dari Citta di Castello (1143-1144)
166.Lucius II (Gerardo Caccianemici) dari Bologna (1144-1145)
167.Beato Eugene III (Bernardo Paganelli di Montemagno) dari Pisa (1145-1153)
168.Anastasius IV (Corrado) dari Roma (1153-1154)
169.Adrianus IV (Nicholas Breakspear) dari Inggris (1154-1159)
170.Alexander III (Rolando Bandinelli) dari Siena (1159-1181)
171.Lucius III (Ubaldo Allucingoli) dari Lucca (1181-1185)
172.Urban III (Uberto Crivelli) dari Milan (1185-1187)
173.Gregorius VIII (Alberto de Morra) dari Benevento (1187)
174.Clement III (Paulo Scolari) dari Roma (1198-1191)
175.Celestinus III (Giacinto Bobone) dari Roma (1191-1198)
176.Innocentius III (Lotario dei Conti di Segni) dari Anagni (1198-1216)
177.Honorius III (Cencio Savelli) dari Roma (1216-1227)
178.Gregorius IX (Ugolino, Count Segni) dari Anagni (1227-1241)
179.Celestinus IV (Goffredo Castiglioni) dari Milan (1241)
180.Innocentius IV (Sinibaldo Fieschi) dari Genoa (1243-1254)
181.Alexander IV (Rinaldo) dari Ienne (Roma) (1254-1261)
182.Urban IV (Jacques Pantalon) dari Troyes, Perancis (1261-1264)
183.Clement IV (Guy Foulques atau Guido le Gros) dari Perancis (1265-1268)
184.Beato Gregorius X (Teobaldo Visconti) dari Piacenza (1271-1276)
185.Beato Innocentius V (Peter dari Tarentaise) dari Savoy (1276)
186.Adrianus V (Ottobono Fieschi) dari Genoa (1276)
187.Yohanes XXI (Petrus Juliani atau Petrus Hispanus) dari Portugal (1276-1277)
188.Nicholas III (Giovanni Gaetano Orsini) dari Roma (1277-1280)
189.Martin IV (Simon de Brie) dari Perancis (1281-1285)
190.Honorius IV (Giacomo Savelli) dari Roma (1285-1287)
191.Nicholas IV (Girolamo Masci) dari Ascoli (1288-1292)
192.Santo Celestinus V (Pietro del Murrone) dari Isernia (1294)
193.Boniface VIII (Benedetto Caetani) dari Anagni (1294-1303)
194.Beato Benedictus XI (Niccolo Boccasini) dari Treviso (1303-1304)
195.Clement V (Bertrand de Got) dari Perancis (1305-1314)
196.Yohanes XXII (Jacques d'Euse) dari Cahors, Perancis (1316-1334)
197.Benedictus XII (Jacques Fournier) dari Perancis (1334-1342)
198.Clement VI (Pierre Roger) dari Perancis (1342-1352)
199.Innocentius VI (Etienne Aubert) dari Perancis (1352-1362)
200.Beato Urban V (Guillaume de Grimoard) dari Perancis (1362-1370)
201.Gregorius XI (Pierre Roger de Beaufort) dari Perancis (1370-1378)
202.Urban VI (Bartolomeo Prignano) dari Naples (1378-1389)
203.Boniface IX (Pietro Tomacelli) dari Naples (1389-1404)
204.Innocentius VII (Cosma Migliorati) dari Sulmona (1404-1406)
205.Gregorius XII (Angelo Correr) dari Venice (1406-1415)
206.Martin V (Oddone Colonna) dari Roma (1417-1431)
207.Eugene IV (Gabriele Condulmer) dari Venice (1431-1447)
208.Nicholas V (Tommaso Parentucelli) dari Sarzana (1447-1455)
209.Callistus III (Alfonso Borgia) dari Jativa (Valencia) (1455-1458)
210.Pius II (Enea Silvio Piccolomini) dari Siena (1458-1464)
211.Paul II (Pietro Barbo) dari Venice (1464-1471)
212.Sixtus IV (Francesco della Rovere) dari Savona (1471-1484)
213.Innocentius VIII (Giovanni Battista Cibo) dari Genoa (1484-1492)
214.Alexander VI (Rodrigo Borgia) dari Jativa (Valencia) (1492-1503)
215.Pius III (Francesco Todeschini-Piccolomini) dari Siena (1503)
216.Julius II (Giuliano della Rovere) dari Savona (1503-1513)
217.Leo X (Giovanni de'Medici) dari Florence (1513-1521)
218.Adrianus VI (Adrian Florensz) dari Utrecht, Jerman (1522-1523)
219.Clement VII (Giulio de'Medici) dari Florence (1523-1534)
220.Paulus III (Alessandro Farnese) dari Roma (1534-1549)
221.Julius III (Giovanni Maria Ciocchi) dari Roma (1550-1555)
222.Marcellus II (Marcello Cervini) dari Montepulciano (1555)
223.Paulus IV (Gian Pietro Carafa) dari Naples (1555-1559)
224.Pius IV (Giovan Angelo de'Medici) dari Milan (1559-1565)
225.Santo Pius V (Antonio-Michele Ghislieri) dari Bosco (Alexandria) (1566-1572)
226.Gregorius XIII (Ugo Buoncompagni) dari Bologna (1572-1585)
227.Sixtus V (Felice Peretti) dari Grottamare (Ripatransone) (1585-1590)
228.Urban VII (Giambattista Castagna) dari Roma (1590)
229.Gregorius XIV (Niccolo Sfondrati) dari Cremona (1590-1591)
230.Innocentius IX (Giovanni Antonio Facchinetti) dari Bologna (1591)
231.Clement VIII (Ippolito Aldobrandini) dari Florence (1592-1605)
232.Leo IX (Alessandro de'Medici) dari Florence (1605)
233.Paulus V (Camillo Borghese) dari Roma (1605-1621)
234.Gregorius XV (Alessandor Ludovisi) dari Bologna (1621-1623)
235.Urban VIII (Maffeo Barberini) dari Florence (1623-1644)
236.Innocentius X (Giovanni Battista Pamfili) dari Roma (1644-1655)
237.Alexander VII (Fabio Chigi) dari Siena (1655-1667)
238.Clement IX (Giulio Rospigliosi) dari Pistoia (1667-1669)
239.Clement X (Emilio Altieri) dari Roma (1670-1676)
240.Beato Innocentius XI (Benedetto Odescalchi) dari Como (1676-1689)
241.Alexander VIII (Pietro Ottoboni) dari Venice (1689-1691)
242.Innocentius XII (Antonio Pignatelli) dari Spinazzola (Venosa) (1691-1700)
243.Clement XI (Giovanni Francesco Albani) dari Urbino (1700-1721)
244.Innocentius XIII (Michelangelo dei Conti) dari Roma (1721-1724)
245.Benedictus XIII (Pietro Francesco-Vincenzo Maria-Orsini) dari Gravina (Bari) (1724-1730)
246.Clement XII (Lorenzo Corsini) dari Florence (1730-1740)
247.Benedictus XIV (Prospero Lambertini) dari Bologna (1740-1758)
248.Clement XIII (Carlo Rezzonico) dari Venice (1758-1769)
249.Clement XIV (Giovanni Vincenzo Antonio-Lorenzo-Ganganelli) dari Rimini (1769-1774)
250.Pius VI (Giovanni Angelo Braschi) dari Cesena (1775-1799)
251.Pius VII (Barnaba-Gregorio-Chiaramonti) dari Cesena (1800-1823)
252.Leo XII (Annibale della Genga) dari Genga (Fabriano) (1823-1829)
253.Pius VIII (Fracesco Saverio Castiglioni) dari Cingoli (1829-1830)
254.Gregorius XVI (Bartolomeo Alberto-Mauro-Cappelari) dari Belluno (1831-1846)
255.Pius IX (Giovanni M. Mastai-Ferretti) dari Senigallia (1846-1878)
256.Leo XIII (Gioacchino Pecci) dari Carpineto (Anagni) (1878-1903)
257.Santo Pius X (Giuseppe Sarto) dari Riese (Treviso) (1903-1914)
258.Benedictus XV (Giacomo della Chiesa) dari Genoa, Italia (1914-1922)
259.Pius XI (Achille Ratti) dari Desio, Milan, Italia (1922-1939)
260.Pius XII (Eugenio Pacelli) dari Roma (1939-1958)
261.Yohanes XXIII (Angelo Giuseppe Roncalli) dari Sotto il Monte (Bergamo) (1958-1963)
262.Paulus VI (Giovanni Battista Montini) dari Concescio (Brescia) (1963-1978)
263.Yohanes Paulus I (Albino Luciani) dari Forno di Canale (Belluno) (1978)
264.Yohanes Paulus II (Karol Wojtyla) Wadowice, Polandia (1978-2005)
265.Benedictus XVI (Y. Ratzinger) Bavaria, Jerman (2005-Sekarang

Minggu, 22 Agustus 2010

SIKAP HATI




Tadi malam saya melihat sebuah acara di Metro TV yang menurut saya menarik. Acara itu menghadirkan sosok yang sama sekali tidak asing di mata kita, dia adalah Aa Gim. Seorang pendakwah yang luar biasa pada masa itu, tetapi tiba-tiba terpuruk dan hilang dari peredaran karena satu dan lain hal.

Aa Gim menyatakan penyesalan atas segala yang telah ia lakukan pada masa lalunya. Namun bukan hanya berhenti di situ, karena dari rasa penyesalan itu ada SIKAP HATI yang menarik bagi saya, yakni rasa bersyukur atas pengalaman yang sama. Dengan pengalaman itu dia memiliki kesempatan untuk melihat ke dalam diri dan mengevaluasi diri. Saat itulah dia tersadar bahwa banyak hal yang “salah” yang telah ia buat dalam kehidupan yang lalu. Bayangkan, menurut presenter yang membawakan acara tersebut, dulu pada saat di puncak ketenaran, Aa Gim memiliki 17 sekretaris dan pergi ke mana-mana pasti dikawal oleh ajudan-ajudan yang jumlahnya minimal 2 orang. Aa Gim membenarkan pernyataan itu, dan ditambahkannya bahwa saat itu, pada saat ia ada di puncak popularitas, ia sudah sadar bahwa ada yang salah dalam kehidupannya. Ia merasa terjebak di dalam situasi yang ‘salah’ itu. Salahnya di mana? Menurut pemaparannya ia merasa salah karena telah mengabaikan keluarga dan anak-anak; dia merasa salah karena pada saat itu dia selalu merasa memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain atau merasa hebat dari yang lain; dia tampil di balik topeng-topeng kemunafikan dalam dakwah-dakwahnya; ia bersandiwara di depan layar kaca dan di depan umat Allah.

Masih banyak pengakuan dan sharing yang amat menyentuh hati saya pada acara malam itu. Saya banyak belajar dari Aa Gim. Siapa pun dia dan apa pun yang telah ia perbuat pada masa lalu itu adalah awal. Kehidupan adalah sebuah proses. Proses mencari dan menemukan kehendak Allah di dalam kehidupan kita. Pengalaman yang Aa Gim alami mungkin kita juga pernah mengalaminnya, hanya bedanya adalah reaksi dari kita masing-masing pribadi. Ada yang peka, tetapi juga ada yang masa bodoh. Ada yang hanya butuh satu kali peringatan, tetapi ada yang butuh 2 atau 3 kali lebih. “Orang yang berani melihat kekurangan dan menerima kekurangan dalam diri sendiri dan kemudian berani memperbaikinya, orang seperti itulah yang akan berhasil dalam hidupnya.” Berhasil bukan hanya dalam kaca mata kita secara umum, yang di dasarkan pada satu faktor yakni materi, tetapi berhasil bertumbuh dan berkembang sebagai manusia secara utuh.

Kisah semacam ini tentu sering kita dengar dan kita mungkin paham seratus persen. Sering dalam istilah sehari-hari kita sebut-sebut bahwa kehidupan manusia itu ibarat roda yang berputar, kadang dia ada di atas tetapi juga kadang dia di atas. Itu yang sering kita dengar, tetapi menurut saya itu kurang tepat. Kalau kehidupan kita ibarat roda, roda yang utuh. Bagaimana kita dikatakan roda kadang di atas tetapi kadang di bawah. Roda itu satu keseluruhan, satu lingkaran. Jadi kehidupan ini tidak bisa dilihat secara terpisah, harus kita lihat secara utuh. Kalo berputar seperti roda ia, dan meskipun berputar cepat atau lambat ia tetap namanya roda. Dalam roda tersebut ada bagia yang di bawah dan juga ada bagian yang di atas dan semuanya itu tidak terpisahkan. Itulah kehidupan ini. Kita punya banyak pengalaman atau apa pun namanya dan semuanya tidak sama, ada pengalaman menyenangkan yang membuat hati kita berbunga-bunga dan memposisikan kita jauh di atas awan, tetapi ada juga pengalaman yang menyedihkan dan mengecewakan yang membuat kita terpuruk dan terjerembak di dalam kubangan lumpur yang dalam. Tetapi semua pengalaman dan peristiwa itu tidak mengubah identitas kita. Ada di bawah maupun ada di atas, kita adalah manusia. Si A tetaplah si A dan tidak akan berubah menjadi si B. Jika ada yang berubah itu berarti sikap kita. Ada orang ketika bergelimang harta dan kekayaan lupa segala-galanya dan menjadi takabur, tetapi ketika suatu saat dia jatuh miskin, dia berubah menjadi sosok yang memelas dan patut dikasihani. Ini tipe kebanyakan orang, tetapi tipe Aa Gim yang berani menerima segalanya dengan lapang dada dan berani bangkit dan mengubah arah hidupya. SIKAP HATI yang pantas dan selayaknya kita teladani. Beranikah kita mengakui dan menerima kelemahan kita? Beranikah dalam situasi kita yang serba kekurangan dan keterbatasan kita bangkit? Aa gim di akhir-akhir acara tersebut menegaskan, “Jangan takut dengan hinaan dan caci maki dari manusia, karena itu tidak seberapa dengan kehinaan kita di mata Tuhan. Kita hina dihadapan Tuhan karena dosa dan kesalahan kita yang sering kita sembunyikan di hadapan manusia, tetapi itu semua tidak di mata Tuhan”. Mari kita belajar dari pengalaman hidup kita masing-masing dan dengan jujur mengembangkan kehidupan kita sebagai ciptaan Tuhan.

SELAMAT BERPROSES………………………

Kamis, 19 Agustus 2010

Ku tak bisa jauh darimu - SLANK

ini gambaran batin gue saat ini.Gue ndak bisa jauh dari seseorang yang aku sayangi. Aku ngerasa damai n aman aje di sisi dia. KU tak bisa....jauh..jauh darimu. ...Lagu ini juga mungkin merupakan kecemasan di antara harapan, karena satu dan lain hal. GOD bantu aku ya. ............

Intro: C


C Em

Pernah berpikir ‘tuk pergi

F C G

Dan terlintas tinggalkan kau sendiri

C Em

Sempat ingin sudahi sampai di sini

F C

Coba lari dari kenyataan

G Dm F C G

Tapi ku tak bisa jauh jauh darimu

Dm F C G

Ku tak bisa jauh jauh darimu


Int: C


C Em

Lalu mau apa lagi

F C G

Kalau kita sudah gak saling mengerti

C Em

Sampai kapan bertahan seperti ini

F C

Dua hati bercampur emosi

G Dm F C G

Tapi ku tak bisa jauh jauh darimu

Dm F C G

Ku tak bisa jauh jauh darimu


Int: Am Em (2x)

Bb Gm Em Am


Am Em

Sabar sabar aku coba sadar

Am Em

Sadar sadar seharusnya kita sadar

F

Kau dan aku tercipta

Fm

Gak boleh terpisah


Dm F C G

Dan tak bisa jauh jauh darimu

Dm F C G

Ku tak bisa jauh jauh darimu (3x)


Coda: Dm F C



Koleksi Slank yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Slank – Ku Tak Bisa
Gambar Artis Indonesia




Download Youtube Video Clip Slank – Ku Tak Bisa
Foto Artis Indonesia

Rabu, 18 Agustus 2010

Hijau daun - Setiap Detik

Aku adalah selembar daun.................eh buakan ya..itu kan lagunya RED Hard yang dibuat khusus untuk sountreknya Film Aku Taman dan Selembar Daun....kalo ini lagunya temen-temen hijau daun...keren lo lagunya...

Setiap detik

Engkau yang dalam mimpiku

Setiap siang malam menggangguku

Tak lelap tidurku karena dirimu


[*]

Setiap waktu

Engkau yang selalu menghantuiku

Tak pernah lari dari fikiranku

Tak mau hilang dari ingatanku


Tahukah engkau

Saat gelap datang

Aku masih mencarimu

Engkau dimana


Back to [*]


Tapi mengapa saat ku terjaga

Kau masih tak disampingku

Sampai kapankah aku menantimu

Selalu menantiku


[**]

Setiap detik aku memikirkanmu

Setiap detik rindu meracuniku

Setiap detik teringatku padamu

Setiap detik apa terus begini


[***]

Ku mohon dengarlah rintihan hati ini

Yang ku curahkan seraya ku bernyanyi


Sampai kapankah aku terus begini

Ku harap kau ‘kan kembali kepadaku


Back to [**][***]



Koleksi Hijau Daun yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Hijau Daun – Setiap Detik
Gambar Artis Indonesia




Download Youtube Video Clip Hijau Daun – Setiap Detik
Foto Artis Indonesia

Agnes Monika (Karena Ku Sanggup)

ni buat temen-temen yang suka lagunya Agnes Monika......
bisa ndengerin lagunya, sambil ikutan nyanyi.

Biarlah ku sentuhmu

Berikanku rasa itu

Pelukmu yang dulu

Pernah buatku


Ku tak bisa paksamu

‘tuk tinggal disisiku

Walau kau yang selalu sakiti

Aku dengan perbuatanmu

Namun sudah kau pergilah

Jangan kau sesali


Reff:

Karena ku sanggup walau ku tak mau

Berdiri sendiri tanpamu

Ku mau kau tak usah ragu

Tinggalkan aku

Huuu.. kalau memang harus begitu


Tak yakin ku kan mampu

Hapus rasa sakitku

Ku ‘kan selalu perjuangkan cinta kita

Namun apa salahku

Hingga ku tak layak dapatkan kesungguhanmu


Back to Reff:


Tak perlu kau buatku mengerti

Tersenyumlah karena ku sanggup



Koleksi Agnes Monica yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Agnes Monica – Karena Ku Sanggup
Gambar Artis Indonesia



Download Youtube Video Clip Agnes Monica – Karena Ku Sanggup
Foto Artis Indonesia

Shakira - Waka-waka

Biarpun piala dunia 2010 dah lewat, tapi aku merasa lagu ini tetap menarik dan membikin hidup aku jadi happy. Apa alasannya ya... Pertama karena jagoo ku menang dong..SPANYOL....dan kedua emang lagunya mempunyai daya tarik tersendiri deh..yuk nyanyi dan bergoyang...........

You’re a good soldier

Choosing your battles

Pick yourself up

And dust yourself off

And back in the saddle


You’re on the frontline

Everyone’s watching

You know it’s serious

We’re getting closer

This isnt over


The pressure is on

You feel it

But you’ve got it all

Believe it


When you fall get up

Oh oh…

And if you fall get up

Oh oh…


Tsamina mina

Zangalewa

Cuz this is Africa


Tsamina mina eh eh

Waka Waka eh eh


Tsamina mina zangalewa

Anawa aa

This time for Africa


Listen to your god

Shakira Waka Waka lyrics found on

This is our motto

Your time to shine

Dont wait in line

Y vamos por Todo


People are raising

Their Expectations

Go on and feed them

This is your moment

No hesitations


Today’s your day

I feel it

You paved the way

Believe it


If you get down

Get up Oh oh…

When you get down

Get up eh eh…


Tsamina mina zangalewa

Anawa aa

This time for Africa


Tsamina mina eh eh

Waka Waka eh eh


Tsamina mina zangalewa

Anawa aa


Tsamina mina eh eh

Waka Waka eh eh

Tsamina mina zangalewa

This time for Africa



Koleksi Shakira yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Shakira – Waka Waka
Gambar Artis Indonesia



Download Youtube Video Clip Shakira – Waka Waka
Foto Artis Indonesia

Seperti Para Koruptor.....

Aku nggak butuh uangmu


Aku nggak butuh hargamu


Yang kubutuh hanya cintamu


Setulus cintaku padamu


Aku nggak mau warisanmu


Aku nggak mau kekayaanmu


Yang ku mau rasa sayangmu


Sesayang aku padamu


Hidup sederhana


Nggak punya apa-apa


Tapi banyak cinta


Hidup bermewah-mewahan


Punya segalanya tapi sengsara


Seperti para koruptor


Seperti para koruptor


Aku nggak perlu make up-mu


Aku nggak perlu bajumu


Yang ku perlu isi dadamu


Sepenuh kasihku padamu


Aku nggak penting warna lipstick-mu


Aku nggak penting perhiasanmu


Yang penting jujur hatimu


Sejujurnya aku “fallin’ in love, padamu..”


Hidup sederhana nggak punya apa-apa


Tapi banyak cinta


Hidup bermewah-mewahan


Punya segalanya tapi sengsara


Seperti para koruptor


Seperti para koruptor


Seperti para koruptor



Koleksi Slank yang lain.
Mp3 Download & Lirik Lagu Slank – Seperti Para Koruptor
Gambar Artis Indonesia




Download Youtube Video Clip Slank – Seperti Para Koruptor
Foto Artis Indonesia

Minggu, 15 Agustus 2010

17 AGUSTUS…..




17 Agustus adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, karena pada tanggal itulah tonggak sejarah kemerdekaan bangsa ini ditegakkan. Dengan naskah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang di proklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta bangsa Indonesia beroleh kemerdekaannya. Ini sejarah dan hingga hari ini kita merayakan dan memperingatinya. Banyak kegiatan dan ifen-ifen yang di buat untuk merayakannya. Yang pasti upacara bendera dan pentas-pentas hiburan masal. Semua itu dilaksanakan sebagai ungkapan kegembiraan, kebahagiaan dan wujud “kemerdekaan” yang telah kita capai. Tetapi terlepas dari seremoni dan perayaan-perayaan yang meriah tersebut ada satu hal yang harus kita ingat, yakni esensi dari perayaan 17 Agustus itu sendiri.

Perayaan 17 Agustus adalah merayakan kemerdekaan bangsa kita dari tanggan penjajah. Perayaan kemenangan bangsa kita karena terlepas dari belenggu bangsa lain. Namun jika sekarang kita ditanya apa yang kita rayakan? Kemerdekaan!! Kemerdekaan dari “penjajah”? Penjajah dalam pengertian yang sama dengan pemahaman para pejuang pada tahun 17 Agustus 1945 tentu iya, tetapi “penjajah” dalam arti luas belum. Kita belum merdeka dari “penjajah-penjajah” yang masih bertahta di bangsa kita ini yang katanya sudah merdeka. “Penjajah” bangsa kita bukan dari bangsa lain, tetapi penjajah-penjajah itu adalah bangsa kita sendiri. Mereka yang hanya berpikir bagi diri mereka sendiri, dengan melakukan tindakan-tindakan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Mereka yang mempunya pola pikir terbalik bukan apa yang bisa aku sumbangkan bagi bangsaku, tetapi apa yang bisa kuperoleh dari bangsaku. Orang-orang yang haus kekuasaan, jabatan, penghargaan, harta duniawi dan lain sebagainya. Selain dari pribadi-pribadi yang sudah tidak memiliki orientasi bagi negeri tercinta ini, masih ada kelompok lain yakni golongan-golongan yang merasa benar dan kemudian menjadi hakim bagi yang lain. Karena “kebenaran” itu mereka telah merampas kemerdekaan dan kebebasan orang lain. Sikap itu pun di“legal”kan dengan cara-cara illegal, kekerasan, intimidasi dan lain sebagainya.

Jika kita ingin kembali melihat sejarah bangsa kita yang katanya sudah merdeka, mungkin kita hanya bisa mengeluh dan menangis karena ternyata setelah 65 tahun bangsa kita menyatakan kemerdekaannya, bangsa kita belum pernah sekalipun merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Tentu kita tidak boleh menutup mata dengan perkembangan suasana demokrasi dan kebebasan-kebebasan yang ada misalnya, berbicara, berkreasi, mengeluarkan pendapat, argumentasi dan lain sebagainya. Tetapi berapa persen? Terlepas dari itu semua hal yang menjadi keprihatinan yang dalam adalah masih adanya pemberlakuan HUKUMAN MATI di Negara tercinta ini. Negara yang memiliki falsafah hidup yang di dasarkan pada PANCASILA dengan sila-silanya, terlebih sila ke 2 “KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”

Dengan secuil realitas yang ada di negeri tercinta kita ini, pantaskah kita merayakan 17 Agustus sebagai perayaan “KEMERDEKAAN” bangsa kita? Tentu pantas, karena kita juga wajib untuk menghargai dan menghormati jasa dari pahlawan dan pendahulu-pendahulu kita, namun yang menjadi bahan permenungan dan PR kita sebagai generasi penerus bangsa ini adalah bagaimana kita mengisi KEMERDEKAAN itu dan bagaimana kita MENGHARAGI KEMERDEKAAN itu sendiri. Menghargai kemerdekaan KITA dan juga menghargai kemerdekaan ORANG LAIN. Kita adalah orang yang merdeka dengan demikian kita adalah orang-orang yang bebas. Kalau kita adalah orang-orang yang bebas, berarti kita juga orang-orang yang bertanggung jawab. Mari kita tunjukkan bahwa kita adalah BANGSA YANG MERDEKA.

DIRGAHAYU INDONESIAKU…………SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA………..

Rabu, 04 Agustus 2010



TUHAN apa sih “AGAMA”MU …?


Pertanyaan yang aneh tapi dalam. Pertanyaan ini mengingatkan kita akan berbagai permasalahan, konflik dan sejenisnya yang pernah terjadi di belahan dunia dan terutama di Negara kita Indonesia yang percaya dan mengakui secara penuh falsafah Bineka Tunggal Eka (berbeda-beda tetapi satu jua). Bangsa yang merdeka karena bahu membahu, bersatu dengan hanya mengandalkan bambu runcing. Bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan asas dasar PANCASILA serta kehidupan bersama yang dilandaskan dengan semangat guyup rukun dan gotong royong. Namun kini apa yang kita alami dan saksikan?

Jika kita belajar dari teori Darwin, manusia berasal dari monyet. Berdasarkan teori itu kita bisa mengambil kesimpulan bahwa dari hari ke hari manusia berproses semakin baik. Dari yang tidak pernah memakai baju sampai dengan memanfaatkan teknologi canggih seperti sekarang ini. Kita sering mengatakan bahwa itu yang disebut peradaban. Manusia dari hari ke hari semakin beradab. Benarkah itu? Apakah yang dimaksud dengan beradab? Mungkin tanpa merujuk kamus atau ensiklopedi kita bisa mengatakan demikian, bahwa beradab itu berarti bahwa manusia semakin menjadi manusia. Manusia tau tentang budaya, mengahargai budaya, menghargai diri sendiri dan sesamanya. Intinya orang meninggalkan kebiasaan barbar yang masih menganut prinsip Homo Homini Lupus (Manusia menjadi serigala bagi yang lain).

Aku hidup sebagai orang Indonesia yang telah berpindah-pindah tempat tinggal. Selama 21 tahun aku tinggal di daerah di mana aku dilahirkan yakni Propinsi Bandar Lampung. Di sinilah aku banyak belajar baik dari orang-orang di sekitarku ataupun lingkunganku. Memang aku terlahir di Lampung bukan sebagai suku asli, tetapi aku terlahir sebagai anak jawa. Tepatnya JaKaKeSuma, JAwa KElahiran SUMAtra. Karena situasi itu dan lingkunganku yang mayoritas Jawa akupun dibesarkan mirip dengan budaya yang ada di Jawa. Dari bahasa, tata krama dan lain sebagainya. Setelah menyelesaikan sekolah kejuruan aku bekerja satu tahun di Bandar Lampung dan setelah itu aku melanjutkan studiku di Palembang selama 2 tahun. Palembang adalah tempat kedua ku, tempat yang agak lama aku tinggali. Selama 2 tahun aku cukup banyak belajar dari kota yang termasuk kota besar di Negara kita ini. Kota empek-empek menghantar aku ke daerah Nyiur Melambai, Manado, Sulawesi utara. Tahun 2001 aku menginjakkan kakiku di Manado. Aku hidup di sana sampai hari ini, namun di sela-sela waktu itu aku sempat meninggalkan Manado dan harus menetap di daerah lain dan lumayan lama. Tahun 2002 sampai dengan 2003 aku tinggal di Karang Anyar, Kebumen, Jawa Tengah dan tahun 2006 sampai dengan pertengahan 2008 aku menetap di Kapencar, Wonosobo, Jawa Tengah. 2008 sampai hari ini akhirnya aku kembali menetap di Manado, Sulawesi Utara.

Pengalamanku berpindah-pindah tempat tinggal benar-benar memberikan penyadaran betapa bangsa kita sangat kaya akan keberagaman suku, budaya, agama dan lain sebagainya. Penyadaran itu menumbuhkan kebanggaan dalam diriku namun serentak juga memunculkan keprihatinanku yang cukup dalam. Kekayaan yang luar biasa itu telah tercoreng dengan berbagai hal dan peristiwa yang menorehkan luka yang amat dalam bagi generasi-generasi masa depan bangsa kita. Pertikaian antar suku, agama dan golongan menjadi bara api dalam sekam yang siap menyala kapan saja ketika “sang angin” berhembus dan meniup bara tersebut. Banyak tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh negara memberikan pandangan dan wejangan namun seolah-olah bangsa ini benar-benar buta dan tuli akan suatu kebenaran. Penderitaan, korban nyawa dan harta semuanya sama sekali tidak memiliki dampak yang besar bagi perubahan sikap dan pola pikir dari sebagian dari masyarakat kita.

Sebanarnya apa yang menjadi latar belakang dari semua peristiwa tersebut dan terlebih pola pikir dari sebagian besar bangsa kita yang rela mengorbankan harta mereka dan bahkan nyawa mereka bagi kepentingan golongan atau kelompok tertentu? Sikap fanatisme. Sikap ini saya rasa yang menjadi salah satu faktor dari semuanya ini. Fanatisme terhadap agama, terhadap golongan, kelompok, suku, clup. Sikap fanatisme yang tidak diimbangi dengan pengetahuan dan pendidikan yang cukup sehingga kebanyakan dari mereka berpikir sempit, masa bodoh, asal senang dan asal menang. Alangkah mudahnya sikap fanatisme kemudian berubah menjadi sikap anarkis karena tidak adanya pengetahuan dan pemahaman yang luas.

Berbagai cara dan usaha telah diupayakan oleh banyak pihak, tetapi toh semuanya itu masih terus menerus terjadi di belahan bumi ini. Jika kita mau sedikit diam dan bermenung mungkin kita bisa melihat betapa anehnya kita manusia. Apa yang kita renungkan, yang kita renungkan adalah pertanyaan di atas TUHAN apa sih agama-MU? TUHAN tidak beragama dan IA adalah Maha kuasa. Segala-galanya IA mampu ciptakan dan musnahkan. Berapa susahnya IA memusnahkan manusia jika DIA mau. Namun semuanya itu tidak IA lakukan. Kini siapakah kita yang menjadi hakim bagi yang lain. Tuhan yang memiliki kuasa penuh pun tidak seenaknya saja menghakimi kita manusia, apakah kita pantas menjadi hakim bagi yang lain? Mari bermenung….