Selamat Datang

Selasa, 28 September 2010

BUDAYA, AGAMA dan KEMANUSIAAN




Pada hari Selasa, 28 September 2010 yang lalu, terjadi peristiwa demo dari teman-teman FPI. Mereka menuntut dibubarkannya Q Film Festival. Pengunjuk rasa menuntut pusat kebudayaan membatalkan pemutaran film bertema gay dalam Q Film Festival yang akan menampilkan 150 film dari 20 negara yang mengangkat isu-isu tentang hak gay dan HIV/AIDS

Sejauh saya tau dan mengerti tentang gay atau lesbian, di dalam agama Kristen Katolik yang saya anut pun hal itu dilarang dan tidak dibenarkan. Dan mungkin di dalam agama dan golongan-golongan yang lain dan bahkan budaya-budaya yang ada pun hal itu tidak diijinkan. Terlepas dari semuanya itu, baik dari sudut pandang budaya, agama dan golongan, kita berbicara tentang kemanusiaan. Semua manusia punya hak yang sama. Setiap manusia memiliki kebebasan yang mutlak dari dalam dirinya. Siapa pun dia apa pun pekerjaannya dan dari latar belakang mana pun. Setiap manusia juga bebas untuk berekspresi, mengeluarkan pendapat, menuangkan ide dan seterusnya. Berkaitan dengan kasus di atas mari kita tanggalkan “embel-embel” diri kita, kelompok kita, suku kita, kebangsaaan kita, yang mau tidak mau, yang diakui atau tidak diakui, semuanya itu telah mengkotak-kotakkan diri kita antara satu dengan yang lain. Semuanya itu telah memunculkan pembenaran diri dan golongan, mengucilkan satu dengan yang lain dan menjadikan perbedaan yang sering kali berujung pada pertikaian dan konflik. Mari kita gunakan kaca mata kemanusiaan kita.

Mari kita jujur kepada diri kita, apakah kita terlahir di dunia ini diberi pilihan? Apakah jenis kelamin kita, kita yang tentukan? Apakah warna kulit, jenis rambut dll kita yang memilihnya? Apakah kita memiliki rasa ketertarikan kepada lawan jenis atau sesama jenis kita yang tentukan? Kalau kita jujur menjawab pertanyaan itu, maka pasti kita menjawab TIDAK. Semuanya itu “terberi” dan kita dituntut untuk secara bijaksana menerima dan menggunakkannya dalam kehidupan kita SELAMA di dunia. Itu semua karakter, sifat, property yang harus kita gunakan dalam PERAN kita selama hidup sebagai manusia. Peran itu berbeda-beda dan tanggapan serta pemanfaatannya pun berbeda-beda dari masing-masing pribadi. Hal itu dapat terjadi karena apa? Bukan semata-mata karena pribadi, tetapi banyak unsur yang mempengaruhinya lingkungan, keluarga, budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Setelah itu siapa yang bertanggung jawab? Pribadi, masyarakat, golongan, atau Negara? Kita semua turut bertanggung jawab terhadap semuanya itu. Bagamana acara kita turut bertanggung jawab? Dengan menjadi HAKIM dan menuding mereka sesat dan kita benar, atau memberikan diri kita bagi perubahan sekecil apapun bagi kehidupan “yang lain”? Tentu banyak hal yang bisa kita buat untuk mempertanggungjawabkan itu semua. Dan semua itu pun sangat bergantung dari peran kita saat ini, sebagai ibu rumah tangga, sebagai tukang becak, tukang ojek, penjual sayur, koruptor, pengambil kebijakan, penindas rakyat dan lain sebagainya.

Saudara-saudariku yang saya kasihi, dari golongan apa pun, agama apa pun, suku apa pun kita mari kita gunakan kaca mata kemanusiaan kita. Kita hadir dan terlahir ke dunia ini bukan karena suku jawa, sunda, manado, batak, betawi…..bukan karena kita pemeluk agama tertentu, bukan karena suku dan budaya kita…..kita terlahir kedunia pertama-tama adalah sebagai manusia. Manusia yang mulia yang Tuhan ciptakan serupa dengan-Nya. Manusia dikaruniai akal budi dan hati untuk menguasai dan mengembangkan dan tentu menjaga jagat raya dan seisinya. Sungguh luar biasa kasih Tuhan kepada kita.

Kita terlahir sebagai manusia dengan beranekara ragam warna, agama dan suku budaya. Semuanya itu HANYA TEMPELAN yang melekat pada kemanusiaan kita. Jika kita bertindak dan bersikap didasarkan pada sesuatu yang sifatnya TEMPELAN semata dan melupakan HAKIKAT kita yang sesungguhnya….bijaksanakah kita. Mari kita menghargai Tuhan sang pencipta dengan bersikap bijaksana dalam sikap, tindakan dalam kehidupan kita di dunia ini. Kebenaran, kesucian hal itu terlalu tinggi untuk kita pikirkan….tetapi menerima realitas, saling menghormati, saling menghargai, memelihara kasih dan perdamaian dan yang terpenting menunjukkan sisi kemanusiaan kita …mungkin hal itu yang bisa kita pikirkan dan laksanakan dalam kehidupan kita. Untuk urusan kebenaran, kesucian dan lain sebagainya….biarlah SAATNYA tiba dan kita bersama menghadapinya……………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar