Selamat Datang

Minggu, 22 Agustus 2010

SIKAP HATI




Tadi malam saya melihat sebuah acara di Metro TV yang menurut saya menarik. Acara itu menghadirkan sosok yang sama sekali tidak asing di mata kita, dia adalah Aa Gim. Seorang pendakwah yang luar biasa pada masa itu, tetapi tiba-tiba terpuruk dan hilang dari peredaran karena satu dan lain hal.

Aa Gim menyatakan penyesalan atas segala yang telah ia lakukan pada masa lalunya. Namun bukan hanya berhenti di situ, karena dari rasa penyesalan itu ada SIKAP HATI yang menarik bagi saya, yakni rasa bersyukur atas pengalaman yang sama. Dengan pengalaman itu dia memiliki kesempatan untuk melihat ke dalam diri dan mengevaluasi diri. Saat itulah dia tersadar bahwa banyak hal yang “salah” yang telah ia buat dalam kehidupan yang lalu. Bayangkan, menurut presenter yang membawakan acara tersebut, dulu pada saat di puncak ketenaran, Aa Gim memiliki 17 sekretaris dan pergi ke mana-mana pasti dikawal oleh ajudan-ajudan yang jumlahnya minimal 2 orang. Aa Gim membenarkan pernyataan itu, dan ditambahkannya bahwa saat itu, pada saat ia ada di puncak popularitas, ia sudah sadar bahwa ada yang salah dalam kehidupannya. Ia merasa terjebak di dalam situasi yang ‘salah’ itu. Salahnya di mana? Menurut pemaparannya ia merasa salah karena telah mengabaikan keluarga dan anak-anak; dia merasa salah karena pada saat itu dia selalu merasa memiliki sesuatu yang lebih dari yang lain atau merasa hebat dari yang lain; dia tampil di balik topeng-topeng kemunafikan dalam dakwah-dakwahnya; ia bersandiwara di depan layar kaca dan di depan umat Allah.

Masih banyak pengakuan dan sharing yang amat menyentuh hati saya pada acara malam itu. Saya banyak belajar dari Aa Gim. Siapa pun dia dan apa pun yang telah ia perbuat pada masa lalu itu adalah awal. Kehidupan adalah sebuah proses. Proses mencari dan menemukan kehendak Allah di dalam kehidupan kita. Pengalaman yang Aa Gim alami mungkin kita juga pernah mengalaminnya, hanya bedanya adalah reaksi dari kita masing-masing pribadi. Ada yang peka, tetapi juga ada yang masa bodoh. Ada yang hanya butuh satu kali peringatan, tetapi ada yang butuh 2 atau 3 kali lebih. “Orang yang berani melihat kekurangan dan menerima kekurangan dalam diri sendiri dan kemudian berani memperbaikinya, orang seperti itulah yang akan berhasil dalam hidupnya.” Berhasil bukan hanya dalam kaca mata kita secara umum, yang di dasarkan pada satu faktor yakni materi, tetapi berhasil bertumbuh dan berkembang sebagai manusia secara utuh.

Kisah semacam ini tentu sering kita dengar dan kita mungkin paham seratus persen. Sering dalam istilah sehari-hari kita sebut-sebut bahwa kehidupan manusia itu ibarat roda yang berputar, kadang dia ada di atas tetapi juga kadang dia di atas. Itu yang sering kita dengar, tetapi menurut saya itu kurang tepat. Kalau kehidupan kita ibarat roda, roda yang utuh. Bagaimana kita dikatakan roda kadang di atas tetapi kadang di bawah. Roda itu satu keseluruhan, satu lingkaran. Jadi kehidupan ini tidak bisa dilihat secara terpisah, harus kita lihat secara utuh. Kalo berputar seperti roda ia, dan meskipun berputar cepat atau lambat ia tetap namanya roda. Dalam roda tersebut ada bagia yang di bawah dan juga ada bagian yang di atas dan semuanya itu tidak terpisahkan. Itulah kehidupan ini. Kita punya banyak pengalaman atau apa pun namanya dan semuanya tidak sama, ada pengalaman menyenangkan yang membuat hati kita berbunga-bunga dan memposisikan kita jauh di atas awan, tetapi ada juga pengalaman yang menyedihkan dan mengecewakan yang membuat kita terpuruk dan terjerembak di dalam kubangan lumpur yang dalam. Tetapi semua pengalaman dan peristiwa itu tidak mengubah identitas kita. Ada di bawah maupun ada di atas, kita adalah manusia. Si A tetaplah si A dan tidak akan berubah menjadi si B. Jika ada yang berubah itu berarti sikap kita. Ada orang ketika bergelimang harta dan kekayaan lupa segala-galanya dan menjadi takabur, tetapi ketika suatu saat dia jatuh miskin, dia berubah menjadi sosok yang memelas dan patut dikasihani. Ini tipe kebanyakan orang, tetapi tipe Aa Gim yang berani menerima segalanya dengan lapang dada dan berani bangkit dan mengubah arah hidupya. SIKAP HATI yang pantas dan selayaknya kita teladani. Beranikah kita mengakui dan menerima kelemahan kita? Beranikah dalam situasi kita yang serba kekurangan dan keterbatasan kita bangkit? Aa gim di akhir-akhir acara tersebut menegaskan, “Jangan takut dengan hinaan dan caci maki dari manusia, karena itu tidak seberapa dengan kehinaan kita di mata Tuhan. Kita hina dihadapan Tuhan karena dosa dan kesalahan kita yang sering kita sembunyikan di hadapan manusia, tetapi itu semua tidak di mata Tuhan”. Mari kita belajar dari pengalaman hidup kita masing-masing dan dengan jujur mengembangkan kehidupan kita sebagai ciptaan Tuhan.

SELAMAT BERPROSES………………………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar