Selamat Datang

Selasa, 08 Juni 2010

Per-SAHABAT-an



Kata itu menjadi sebuah kata yang manis, karena kata itu mengingatkan dan memunculkan banyak sosok yang pernah ikut bersama-sama dengan kita menorehkan tinta kehidupan dalam nurani kita. Goresan tinta itu ada yang pahit, getir, senang, gembira dan banyak lagi. Kata sahabat sungguh menguatkan, melegakan dan sangat memberi penghiburan. Namun ternyata sahabat tak selamanya sahabat. Sahabat menjadi bukan sahabat ketika kekuasaan menyelubinginya. Sahabat bukan menjadi sahabat ketika ego dan kepentingan diri di atas segala-galanya. Sahabat tidak lagi menjadi sahabat ketika harga diri, gengsi dan ambisi terabaikan. Apakah sedemikian persahabatan itu? Sedangkal itukah fondasi dari sebuah relasi yang berlabel “sahabat”.
Ketika muncul pikiran dan pertanyaan itu, mungkin kita mempunyai segudang asumsi, argumentasi, opini atau apa pun namanya yang dapat kita tangkap dan terima dengan otak dan akal budi kita. Mungkin kita bisa katakana tergantung orangnya, jenis persahabatannya, motivasinya, latar belakangnya dan lain sebagainya. Tapi jika mau disimpulkan atau kita paksa untuk menarik kesimpulan dari realitas itu, maka tidak semua persahabatan demikian. Dan mungkin kita dapat meninjau kembali keputusan kita masing-masing ketika hendak memberikan label sahabat kepada seseorang yang kita kenal. Seberapa lama kita kenal, seberapa cocok kita dengannya, seberapa menguntungkan dan lain sebagainya. Sahabat tidak tergantung dari alasan-alasan di atas. Persahabatan sangat tergantung dari seberapa lebar hati terbuka menerima sesama, seberapa dalam dan terbukanya hati untuk berani mengungkapkan diri, seberapa tulus hati kita menyapa sesama dan yang penting adalah seberapa kita percaya dan mempercayakan diri kepada sesama kita yang kita “jadikan” sebagai seorang sahabat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar