Selamat Datang

Selasa, 13 Juli 2010

Jodoh




Sejak dunia ini diciptakan, mahluk hidup yang Tuhan ciptakan masing-masing sepasang. Ada laki-laki dan perempuan; ada jantan dan betina. Bukan hanya berlaku bagi ciptaan yang telah disebutkan di atas saja pasangan itu berlaku. Banyak hal di dunia ini memiliki pasangannya, ada siang ada malam, ada terang ada gelap, ada cantik ada jelek dan lain sebagainya. Tentu berkaitan dengan hal yang fisik secara lahir itu tidak dapat kita pilih misalnya aku terlahir sebagai laki-laki, aku tidak bisa memilih dan menggantinya sebagai perempuan tentu secara alami bukan medis atau operasi. Sesuatu yang terberi begitu saja kepada kita, dan kita hanya diberikan kebebasan untuk menerima realitas tersebut apa adanya. Kita menerima sesuatu yang tidak dapat dirubah. Di sinilah peran budi dan kebijaksanaan yang dianugerahkan Tuhan kepada kita.

Kemudian jika ada sesuatu yang hanya mampu kita terima secara bebas, apakah ada sesuatu yang dapat kita pilih secara bebas? Ada dan di situlah kita mampu memaksimalkan fungsi akal dan budi serta perasaan yang Tuhan berikan kepada kita. Nah jika demikian menurut anda jodoh bagi manusia termasuk di area yang mana? Apakah di area kebijaksanaan yang hanya mampu kita terima tanpa bisa “memilih” atau ada di area yang kedua dimana kita bisa menentukan pilihan kita secara bebas berdasarkan pengalaman kita, pengenalan kita, akal budi kita, perasan kita dan lain sebagainya. Jika anda bertanya kepada saya maka saya dengan mantap akan saya katakan, jodoh itu ada di area kedua. Dalam hal jodoh kita benar-benar diberikan kebebasan seluas-luasnya oleh Sang Pencipta, yakni Allah sendiri sesuai dengan apa yang kita inginkan, harapkan dan yakini. Jika Allah sumber hidup dan pencipta kita memberikan kebebasan kepada umat-Nya, apakah kita punya hak untuk memaksakan kehendak kita pada orang lain? Apakah kita punya hak untuk menginterfensi sesama kita, padahal Tuhan tak pernah melakukannya?

Mari kita menggunakan kebebasan itu secara bijaksana, sehingga kita akan beroleh kebahagiaan bukan hanya bagi kita sendiri atau keluarga terdekat, tetapi bagi kita semua. Kebebasan kita tidak membatasi kebebasan, kreatifitas dan kebahagian orang lain. Entah atas dasar apa pun hendaknya hal itu tidak kita lakukan. Ada laki-laki yang mungkin katakan kepada kekasihnya, atas nama cinta maka dia membatasi pergaulan, sikap, tingkah laku dan lain sebagainya. Orang tua kepada anaknya, atas nama cinta dan perhatiannya membatasi relasi dan bahkan memaksakan kehendaknya kepada anak mereka. Sebagai manusia kita diberi kebebasan dan kuasa atas yang lain, tetapi hendaknya saling menghargai, saling menghormati kita junjung tinggi-tinggi. Relasi di dunia yang mungkin memberi konsekuensi kepada kita suatu kuasa hendaknya kita gunakan secara bijaksana, karena kuasa itu hanya sarana dan titipan dari Dia untuk membantu yang lain dalam mengarahkan hidup mereka. Mari kita laksanakan fungsi kita seperti apa yang telah digariskan oleh-Nya…………………………….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar